Demokrasi pada awal kemunculannya memang merupakan konsep tentang penyelenggaraan pemerintahan. Dalam perjalannya demokrasi bergerak menjadi suatu sistem yang rumit dimana banyak kepentingan terlibat di dalamnya. Suatu sistem yang menyelenggarakan kepentingan warga negara, masyarakat dan negara tentu merupakan suatu yang komplek.
Sebagai suatu sistem yang sudah disepakati dan akan berlangsung "selamanya" akhirnya akan menjadi budaya. Budaya dalam demokrasi ini mempunyai arti luas. Budaya dalam hal ini tidak dalam arti kata benda (hasil seni) atau kata kerja (sebagai aktifitas). Budaya dalam hal ini berarti suatu pandangan hidup yang tercermin dalam sikap yang mampu menyuburkan dan melancarkan demokrasi ke arah yang lebih baik yang memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan rakyat. Demokrasi bukanlah suatu sistem yang instan yang begitu diterapkan langsung selesai. Demokrasi bukan suatu sistem yang diterapkan pada mesin, dengan beberapa unsur-unsur yang cocok maka sudah berjalan dengan lancar. Demokrasi adalah suatu sistem yang mengatur mesin besar masyarakat dimana di dalamnya banyak kepentingan yang terlibat. Di dalam "mesin" besar masyarakat ini terdapat banyak sekali komponen-komponen hidup yang sangat dinamis. Dalam hal ini konflik dan pertikaian sering tidak terelakan.
Pelaksanaan demokrasi dengan harus ditopang oleh suatu budaya, yaitu budaya demokrasi. Budaya demokrasi ini bukan suatu sistem yang secara inheren ada dalam demokrasi. Budaya demokrasi juga bukan sederet aturan yang secara hukum mengikat. Budaya demokrasi adalah syarat bagi terbentuknya sistem yang beradab yaitu demokrasi yang berbudaya yang akan meningkatkan harkat dan martabat warga negara sebagai manusia bebas.
Demokrasi sebagai suatu sistem pada akhirnya sangat tergantung pada pelaksananya (aktornya). Hal ini berkaitan dengan sikap mental dan perilaku. Budaya ini tidak hanya berfungsi sebagai pelumas sehingga melancarkan jalannya mesin demokrasi, tetapi juga mewujudkan suatu permainan yang bermartabat. Demokrasi sebagai permainan yang penuh dengan aturan ini merupakan cerminan manusia sebagai Homo Luden. Permainan yang manusiawi dan bermartabat ini bisa sebagai penjaga agar demokrasi tidak keluar dari esensinya.
Demokrasi memang sebagai sistem yang sekarang paling bisa diterima, namun harus dilakukan dengan sikap kritis. Demokrasi sendiri tidak menjamin apa-apa. Ia menawarkan kesempatan keberhasilan dan juga menawarkan resiko kegagalan. Demokrasi adalah janji sekaligus tantangan. Ia menjanjikan bahwa manusia yang bebas, bekerja sama, memerintah diri sendiri, menyatakan aspirasi, kesempatan ekonomi dan keadilan. Ia juga tantangan karena keberhasilan usaha demokratis bertumpu pada pundak warga negara sendiri. (United State Agency, 1991: 31) Pemahaman yang benar terhadap demokrasi dan sikap serta mental yang baik lebih dibutuhkan dari pada seperangkat aturan yang mengikat kuat warganya. Aturan yang baik tidak akan berlaku efektif jika tidak disertai moral yang baik.
Banyak negara yang sukses dalam menerapkan demokrasi, namun juga tidak sedikit yang gagal. Sukses tidaknya demokrasi tidak semata-mata ditandai adanya kebebasan bagi warga negara, namun juga adanya peningkatan pemahaman warga negara akan hak dan kewajiban, toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H