Lihat ke Halaman Asli

Jonathan Harris

Murid SMA yang penuh rasa penasaran

Kanisius Bukan Sekolah Biasa!

Diperbarui: 16 September 2024   18:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kolese Kanisius, sebuah tempat bagi laki-laki untuk menimba ilmu dan mental. Institusi yang telah berdiri sejak tahun 1927, memiliki sejarah panjang, dan kaya dalam membentuk karakter dan intelektual para siswanya. Berlokasi di jantung Jakarta, sekolah ini diciptakan oleh Serikat Jesuit (SJ) dengan dalih untuk memberikan pendidikan "berkelas" yang didasari oleh nilai-nilai Katolik. Seiring berubahnya zaman, Kolese Kanisius telah mengalami berbagai "evolusi" dan perkembangan yang signifikan, namun tetap mempertahankan prinsip dan misinya untuk mencetak pemimpin masa depan.

Pada awalnya, Kolese Kanisius hadir untuk fokus terhadap pendidikan akademis yang ketat dibalut dengan disiplin yang tinggi. Sekolah ini dikenal dengan kurikulumnya yang komprehensif dan para pengajarnya yang berintegritas. Pada masa itu, pendidikan di Kolese Kanisius tidak hanya menekankan pada aspek akademis, tetapi juga pada pembentukan karakter dan moral didikannya. Siswa pun diajarkan untuk menjadi individu yang gentleman, bertanggung jawab, dan memiliki rasa kesadaran sosial yang tinggi. Nilai-nilai ini dicantumkan melalui variatif kegiatan ekstrakurikuler dan program-program yang dirancang untuk mengembangkan kepribadian siswa secara holistik.

Memasuki era milenial, Kolese Kanisius terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Teknologi telah menjadi bagian penting dari proses pembelajaran, dengan fasilitas yang modern dan metode pengajaran yang interaktif. Namun, yang paling menonjol adalah program-program kepemimpinan yang ditawarkan dari sekolah ini. Salah satu program unggulan adalah Ignatius Leadership Training, atau para kanisian menyebutnya dengan ILT. Kegiatan ini sendiri dirancang khusus untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan para "prasis" (sebutan untuk siswa kelas 10) melalui berbagai dinamika dan pelatihan fisik.

ILT di Kolese Kanisius bukan sekedar program kepemimpinan biasa. Program ini mencakup berbagai kegiatan yang dirancang untuk mengasah keterampilan kepemimpinan, seperti kerja sama, pengambilan keputusan, dan komunikasi efektif. Para prasis juga diajak untuk terlibat dalam simulasi situasi nyata yang menantang sehingga prasis dapat belajar bagaimana cara menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan bijaksana dan efektif. Selain itu, ILT juga menekankan pentingnya etika dan moral dalam kepemimpinan, mengajarkan para siswa untuk menjadi pemimpin yang berintegritas dan bertanggung jawab.

Selain itu, Salah satu aspek yang menarik dari ILT sendiri adalah kegiatan fisiknya. ILT juga berfokus pada kemampuan prasis untuk dapat melawan rasa malasnya dan menjalani semua kegiatan fisik dengan baik. Dengan demikian, prasis diharapkan dapat membangun nilai komitmen dan kompetensi dalam diri mereka sesaat sesudah menjalani kegiatan ILT. Walau demikian, banyak suara yang menyatakan bahwa kegiatan fisik serupa merupakan salah satu bentuk bullying / perundungan terhadap "junior-junior" atau siswa kelas 10. Namun, bagi Jonathan Harris yang merupakan siswa yang sudah merasakan kegiatan ILT, menganggap bahwa ujaran opini tersebut tidaklah benar atau hoaks. Secara faktual, sangat dirasakan perubahan sikap dari diri Jonathan Harris sejak awal masuk ke Kolese Kanisius hingga dapat menjadi Kanisian yang sudah lebih dari 2 tahun berdinamika di sekolah. ILT telah mengubah cara berpikir Jonathan Harris yang dari malas menjadi rajin untuk menjalankan tugas-tugas. Jonathan Harris pun juga mengutip bahwa menjalani kegiatan fisik yang berarti keluar dari zona nyaman.

Secara simpul, kalau kita melihat ke depan, sangat diharapkan bahwa Kolese Kanisius tetap teguh mengedepankan visi untuk terus menjadi lembaga pendidikan terdepan yang menghasilkan pemimpin-pemimpin berkualitas. Dengan terus beradaptasi dan berinovasi, sekolah ini diharapkan dapat terus memberikan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan zaman. Program ILT akan terus dikembangkan dan disempurnakan, dengan harapan dapat mencetak lebih banyak lagi pemimpin yang siap menghadapi tantangan globalisasi. Selain itu, Kolese Kanisius juga diharapkan dapat memperluas jaringan kerjasama dengan institusi-institusi pendidikan dan organisasi-organisasi internasional agar dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih luas dan variatif bagi para siswanya. Akhir kata, dapat dilihat bahwa dengan semua perubahan dan adaptasi yang dilakukan oleh Kolese Kanisius, sangat besar kemungkinan bahwa sekolah ini dapat terus menjadi unik dan spesial, berbeda dari institusi pendidikan yang lainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline