Matahari mulai menampakkan diri di ufuk timur yang menandakan hari baru telah dimulai. Pada hari itu, merupakan hari yang pertama dalam kunjungan saya dan keluarga ke gugusan pulau Togean. Hati yang riang gembira ini sudah tak sabar ingin pergi menjelajah tempat-tempat indah disekitar Pulau Poya, Bomba, tempat kami menginap. Setelah beberapa perundingan kami pun memutuskan untuk pergi ke Pulau Taupan.
Pulau ini berada tak jauh dari Bomba, hanya sekitar 15 menit mengarungi lautan saya sudah sampai. Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Taupan Reef. Sebuah lokasi penyelaman yang berada di tengah laut tepatnya antara Pulau Taupan dan Pulau Batudaka. Mula-mula saya sedikit takut karena baru kali ini snorkelingdi tengah laut, apalagi melihat warna air yang sangat biru yang menandakan laut sangat dalam. Malahan adik saya dulu yang pertama kali loncat ke dalam air baru disusul saya. “ayo mas Bayu turun, bagus lho pemandangannya dibawah..” ujar Pak Ambi sang pemandu sekaligus kapten perahu. “bentar pak, ini lagi masang fin nya”, timpal saya yang pura-pura lambat.
Begitu menceburkan diri ke air, seketika saya takjub akan keindahannya. Visibility airnya sangat bagus sekali, jernih seperti kaca. Karang-karangnya sangat beragam, mulai dari tengah-tengah atol sampai ke pinggiran diwall nya, kelihatannya semua karang masih dalam kondisi yang prima. Ikan-ikan yang sangat banyak seolah-olah tidak menghiraukan kami disaat melakukan snorkeling, cuek aja mereka.
Saya itu suka sekali sama ikan nemo atau ikan badut, saya pun langsung mencarinya diantara karang. Setelah beberapa saat akhirnya anemon beserta ikan nemo ketemu juga! Untung saja ketemu, soalnya sedikit tertutup oleh karang besar. Tidak saya sangka-sangka setelah beranjak sedikit dari lokasi ikan nemo yang pertama saya lihat ternyata ada anemon lain yang agak besar dan berisi seperti satu keluarga, ada 5 ekor! Tidak buang-buang waktu, kamera langsung saya hadapkan ke ikan tersebut untuk di videoin dan difoto.
Tak hanya ikan nemo saja yang menjadi pusat perhatian saya, banyak ikan-ikan berwarna-warni lainnya yang baru pertama kali ini saya melihatnya. Ada banyak jenis butterfly fish yang sangat bervariasi, gerombolanmoorish idol yang menawan, angelfish yang pemalu saat saya mengambil foto, trigger fish yang kesana-kemari, hingga batfish yang menawan. Tidak kalah juga beragam koral yang menutupi dasar laut dengan rapat, soft coral yang indah dan tampak melambai-lambai seirama dengan arus, indah sekali
Waktu untuk snorkeling pun usai, lalu kami pindah ke tempat lain yang tidak kalah indahnya. Hanya sebentar saja kami sudah tiba di sebuah pantai kecil yang tampak tersembunyi. Perahu perlahan-lahan menuju pantai, disini tidak ada dermaga jadi perahu langsung bersandar di bibir pantai. “Ini namanya pantai Taupan”, kata pak Ambi sambil mendorong perahu merapat. “Kenapa tidak dinamain pake nama yang lain aja? kan di pulau ini banyak pantainya”, kata bapak saya penasaran. Memang, biasanya di Togean. “Bisa saja sebenernya, tapi memang belum ada yang kasih nama, pak” jawab Pak Ambi. Tiba-tiba saya terpikir untuk memberi nama pantainya dengan nama Pantai Jonathan..sepertinya keren ya.
Ketika menjejakkan kaki di pantai, terasa sekali kelembutan pasirnya yang tampak seperti bubuk susu terbuang di lantai. Pantainya bersih, tidak ada sampah secuil pun! yang ada hanyalah beberapa kayu dan ranting pohon yang tumbang. Sebagai keluarga yang hidup di abad ke-21 kami tidak lupa untuk ber-narsis ria di depan kamera, beragam pose pun kami coba. Ibu saya tidak mau kalah juga, umur memang bukan penghalang untuk bisa narsis kan?
Corals near Taupan beach
Pantai Taupan ini punya spot snorkeling juga, tidak kalah lah dengan spot yang lainnya. Hanya berenang beberapa meter saja karang-karang dan ikan sudah memenuhi pandangan kami. Di tempat ini banyak ditemui ganggang laut berukuran seperti kipas yang melambai-lambai. Karena snorkeling di dekat pantai yang agak berombak, pasir di dalam laut banyak ‘beterbangan’, tapi karena air yang memang jernih jadi tidak terlalu menganggu pandangan. Yah setidaknya bukan debu polusi layaknya kota Jakarta. Tidak lupa juga, seperti sebelumnya perburuan ikan nemo pun saya lanjutkan kembali.
Nemo!
Tak terasa sudah hampir 2 jam kami menikmati pantai Taupan, waktunya kami untuk balik ke penginapan. Rasanya tak mau meninggalkan pulau ini, saya menyempatkan diri dulu bersantai duduk di bawah pohon kelapa. Sambil melepaskan pandangan ke arah lautan biru, menimati suara deburan ombak, mendengar kicauan burung di udara, oh damainya! Di dalam hati ingin rasanya tinggal disini dan menetap selamanya. Mesin perahu kembali dinyalakan, dan kami pulang kembali ke penginapan di Pulau Poya.