Gurau
Sendeng telingaku, berdenging. Menangkap celoteh suara ricik sahabat di sampingku
Buai romantis, muncrat dari mulut manis.
Kami bercakap-cakap di samping trotoar, mengarah jalan utama para pencari nafkah.
Sehabis menenun, kami putuskan berkelakar dengan pantat beralas nafas terengah.
Sepuluh menit yang lalu, kami berkecamuk dengan keringat, basah, dan lelehan daki, yang diurai dengan sengkarut isi kepala yang entah kemana.
Bersemangat dan berlapang dada.
Semua cerita di sepuluh menit lalu,kini bersua tumpahan segelas kopi dari gerobak Pak De.
Silang sikut. Kami saling melempar tawa, yang sebenarnya karang, sudah kami lewati. Setidaknya hari ini. Pahitnya ditelan bersama ampas kopi.
Sudahi dulu Pak De. Sampai ketemu besok ya. Ngutang dulu.