Lihat ke Halaman Asli

Djan Faridz, Pesantren, dan PPP

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi orang yang jarang berhubungan dengan media massa atau sosial media mungkin nama Djan Faridz adalah nama yang asing di telinga. Ia tidak sepopuler Capres PDI Pejuangan, Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi bahkan masih kalah kalah tenar dengan Basuki Tjahaya Purnama, Ahok.

Djan Farid adalah Menteri Perumahan Rakyat menggantikan Suharso Monoarfa yang mengundurkan diri dari Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Begitu menjabat ia langsung tancap gas melaksanakan program kementeriannya. Salah satunya adalah pembangunan rusunawa dan MCK komunal yang diperuntukkan masyarakat pesantren. Alasannya, tak lain adalah ia ingin mengangkat kehidupan santri layaknya siswa-siswa di sekolah formal pada umumnya. Dalam suatu kesempatan ia pernah berujar “Siapa yang tega melihat para santri tidur berjubel dalam satu kamar yang sempit dan lembab. Kalau tidak diperbaiki kehidupannya bagaimana ia akan menghidupi diri dan agamanya?

Djan Farid berpikir tidak selamanya ia memiliki kesempatan untuk berbuat lebih banyak untuk umat. Maka kesempatan menjadi menteri ini perlu di manfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat terutama umat Islam.

Kenapa pesantren yang dipilih? Umat Islam akan dapat besar dan berdaya jika diberi kewenangan oleh pemerintah untuk beraktivitas di rumahnya yakni pesantren dan masjid. Sekarang banyak orang dituduh teroris gara-gara menghidupkan masjid. Padahal masjid adalah tempat bertemunya seluruh lapisan masyarakat, dari yang paling miskin hingga yang paling kaya. Beda dengan kafe, taman, atau tempat kongkow lainnya. Di masjid akan ada rasa tanggung jawab terhadap umat, termasuk tanggung jawab dalam sosial politiknya.

Maka jangan heran jika partainya yaitu PPP seolah-olah layu menghadapi gegap gempita politik. PPP yang lahir dari gabungan parpol Islam basisnya tak lain adalah masjid. Dan kini ada gerakan yang menjauhkan pemuda dan pemudi dari masjid. Efek kecilnya adalah minimnya kader muda di PPP sedangkan efek besarnya adalah perasaan minder, kolot, dan kuno jika sering-sering beraktivitas di masjid.

Pastinya, persoalan ini bukan hanya kegelisahan seorang Djan Farid saja tetapi umat Islam seluruhnya. Benar bukan??

*sekelumit oleh-oleh kunjungan dari Malang (17 Maret 2014)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline