Lihat ke Halaman Asli

PPP Masuk Empat Besar?

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pelan tapi pasti Partai Persatuan Pembangunan, PPP, merangsek ke papan atas klasemen Pemilu 2014. Agak sulit mengulang sejarah untuk menjadi partai traffic light (merah, kuning, hijau). PPP kini tidak lagi dipandang sebelah mata oleh kontestan lain. PPP bisa menjadi kuda hitam dalam pertarungan memperebutkan 185.613.421 suara rakyat Indonesia.

Setidaknya ada tiga alasan utama yang menjadi penguat. Pertama soal PKB versus keluarga Gus Dur. Hingga kini perseteruan keluarga Gus Dur dengan PKB terutama Muhaimin Iskandar terus berlanjut. Apalagi secara bulat keluarga Gus Dur melalui Shinta Nuriah Wahid secara kasat mata memberikan mandat kepada Ketua Umum PPP, Suryadharma Ali untuk melanjutkan perjuangan Gus Dur. Suatu hal yang bertolak belakang dengan Muhaimin. Bahkan hingga H-1 pencoblosan muncul banyak spanduk yang bergambar Gus Dur dengan tulisan saya saja dikhianati apalagi sampeyan.

Keluarga Gus Dur tidak sendirian.  Jutaan fans Gus Dur yang bernama Gus Durian tentunya juga memiliki rasa yang sama dengan keluarga besar Ciganjur. Suara Gus Durian tidak mungkin lari ke PKS, PBB, bahkan ke PAN karena ketiga partai tersebut tidak memiliki akar sejarah ideologis dengan Gus Dur. Satu-satunya partai yang layak dituju adalah PPP karena PPP secara historis dan ideologis memiliki hubungan dengan NU, organisasi yang menjadi darah daging Gus Dur.

Kedua gencarnya konsolidasi yang dilakukan petinggi PPP, Suryadharma Ali dan Djan Faridz ke pesantren-pesantren. Pendekatan ini termasuk usang dan kuno apalagi suara kyai bukan lagi menjadi penggerak utama pendulang suara. Tetapi, sekuno-kunonya strategi, pendekatan terhadap kyai dan masyarakat pesantren merupakan strategi nguri-nguri budoyo luhung, merawat budaya agung, silaturahmi. Strategi ini sangat khas NU, yakni menjaga tradisi lama yang baik, sambil menerima tradisi baru yang lebih baik. Pesan inilah kiranya yang masih menjadi sandaran petinggi PPP menyapa suara loyalisnya. Strategi ini semakin diperkuat oleh Lembaga Survey Nasional yang merilis bahwa pemilih paling loyal adalah PPP yaitu sebesar 64.7%.

Ketiga menerima tradisi baru yang lebih baik. PPP tidak sendiri menghadapi pemilu 2014. Mereka kini didukung oleh barisa pemuda yang masih fresh baik tenaga maupun pikiran. Barisan tersebut bernama SOBAT MUDA PPP. Sobat Muda PPP merupakan gabungan dari aktivis-aktivis berbagai kampus Jawa dan Luar Jawa yang membawa ide-ide segar yang barangkali selama ini belum ajeg dalam tradisi PPP.

Para Sobat Muda ini gencar menjaring massa pemilih pemuda melalui sosial media. Gerakan mereka sangat massif seperti temu darat dengan berbagai komunitas muda, peluncuran web, game, bahkan mereka memiliki ikon berupa super hero bernama ROHMAN. Tentu saja gebrakan ini menjadi darah segar bagi perjuangan PPP. Dalam waktu yang tidak terlalu lama social media PPP mereka mampu mengimbangi gerakan sosial media yang lebih dulu mapan semacam PDIP dan Gerindra.

Tiga alasan tersebut bisa saja akan menempatkan PPP menjadi partai dengan pemilih terbanyak ketiga di bawah PDIP dan Golkar. Tetapi dengan konstelasi politik saat ini setidaknya urutan ke empat dibawa PDIP, Golkar, dan Gerindra adalah suatu hal yang realistis. Selamat mencoblos!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline