Beberapa hari belakang Cawapres yang akan mendampingi Jokowi mengerucut pada Jusuf Kalla (JK) dan Riamizard Riacudu (RR). Hal ini terlontar dari ucapan Tjahjo Kumolo, Sekjen PDI Perjuangan. Tulisan Hendi Setiawan cukup banyak memaparkan plus minusnya dua tokoh tersebut menjadi pendamping Jokowi dalam pilpres mendatang (http://politik.kompasiana.com/2014/04/30/pdip-pilih-jk-atau-riamizard-652525.html). Menilik dari plus minusnya diperlukan seseorang yang mampu menjadi pendamping yang cepat, inisiator, dan tentunya bukan menjadi pesaing Jokowi. Nama yang layak ditimbang adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Khofifah Indar Parawansa.
Sebagai Ketua Umum Muslimat Khofifah memiliki massa yang cukup solid dan loyal sejumlah 25 juta di seluruh Indonesia. Beda dengan Banom NU lain yang rentan perpecahan ketika memunculkan tokohnya menjadi capres atau cawapres. Masih sangat segar ingatan kita ketika Hasyim Muzadi memutuskan maju jadi Cawapres Mega kendati Shalahuddin Wahid sudah maju mendampingi Wiranto dalam pilpres 2004 silam.
Khofifah telah membuktikan kepemimpinannya di Muslimat. Ia menduduki kursi ketum periode ketiga berturut-turut. Ia mendapatkannya tanpa modal capital melainkan modal social dimana ia sangat memperhatikan perkembangan wilayah, cabang, ranting di seluruh Indonesia. Tidak salah jika saat ini Muslimat memiliki panti asuhan, sekolah dari PAUD hingga SMA, koperasi, jamaah ta’lim, hingga rumah sakit.
Khofifah adalah karakter pemimpin yang cekatan dan memiliki catatan yang baik dalam legislatif maupun eksekutif. Kementrian Peranan Wanita adalah salah satu gebrakan beliau ketika duduk di Kabinet Reformasi di bawah Presiden Abdurrahman Wahid. Pun begitu ketika Ia menduduki jabatan Ketua Komisi VII yang membawahi SDM, Riset dan Teknologi, serta Lingkungan Hidup. Selama ia menjabat tak sedikitpun ia memanfaatkan posisinya untuk meraih keuntungan. Integritasnya terjaga hingga kini.
Jokowi memiliki massa yang jelas yaitu massa nasionalis yang sangat solid yang tecermin dari perolehan suara yang mencapa 19% dalam Pileg lalu. PDIP membutuhkan kekuatan untuk memenangkan Pilpres dalam satu putaran. Massa perempuan yang loyal dan solid adalah massa Muslimat.
Selain massa yang besar Khofifah bisa dijadikan penarik suara ulama dan kyai baik NU maupun ormas lain untuk merapat ke PDI Perjuangan. Jika nantinya Prabowo mampu menarik partai-partai Islam tetapi cawapresnya maka khofifah layak untuk ditarik untuk mengimbangi kekuatan koalisi Gerindra dan partai-partai Islam tersebut.
Sampai saat ini yang sudah pasti menjadi patner PDI Perjuangan adalah Nasdem. Sementara itu Khofifah juga memiliki hubungan baik dengan Nasdem tidak ada salahnya jika partai yang moncer dalam pileg 2014 ini mengajukan Khofifah menjadi pendamping Jokowi. Nasdem tidak akan kewalahan mengawal khofifah karena khofifah adalah deklarator Nasdem Jatim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H