Cinta,sering berhubungan dengan Seberapa banyak isi dompet anda. Semakin banyak isi dompet anda, semakin banyak isi cinta anda. Karena seperti yang sebelum-sebelumnya gue katakan, cinta nggak bisa dimakan. Cinta juga butuh duit Dan duit merupakan bagian dari cinta.
Waktu gue smp, gue sering ngelihat anak-anak borjuis.(kaum kaya) di sekolah gue. Masih smp mobilnya udah BMW Z3. Anaknya ganteng juga kagak, kalau imutnya sih. Kata nenek gue masih imutan gue. Kalau unyu-unyunya tetangga gue lebih unyu dikit. Kalau yang unyu-nya banyak jelas gue dong.
Nah, disinilah fungsi duit dalam cinta. Kalau dia PDKT sama cewek, pasti dia bilang "emm, pergi ke mall bareng yuk. Sekalian ajak teman-teman loe. Ntar kita pergi nonton rame-rame di bioskop, biar gue yang bayarin deh. Kan kalau rame-rame lebih asik, ntar biar supir gue yang jemput. sama anterin kalian pulang." loe tau kan, kalau cewek pada umumnya nggak mungkin mau di ajak pergi berduaan pada saat masa PDKT. Kecuali tuh cewek "sesuatu banget." Disinilah kelemahan gue, biarpun gue lebih unyu-unyu dan lebih imut. Dompet gue ngak akan pernah se-unyu dan se-imut dompet kawan gue yang borjuis itu. duit di dompet gue, bergambar orang utan semua. Sedangkan duit di dompet die bergambar soekarno.
Bukan hanya itu aja, pada masa gue smp. adalah, masa tersulit bagi gue kaum fakir asmara. Karena, di sekolah gue masih berlaku cara-cara jaman kerajaan. Ada perbedaan antara kaum bangsawan dengan kaum fakir asmara. Contoh yang mudah saja, seberapa populer anda disekolah, berbanding lurus dengan mobil apa yang anda gunakan. Dan seberapa tebal dompet anda. Muka atau wajah itu nomor berapa ratus sekian.
Dan yang paling menyulitkan kami para fakir asmara, adalah persaingan mendapatkan wanita idaman. Karena dalam prinsip PDKT. Loe bukan hanya PDKT dengan cewek yang loe sukai. Tapi juga dengan teman-temannya . apa alasannya? Loe tau kan, cewek sering curhat dengan teman-temannya dan menilai seorang cowok juga dari teman-temannya. Nah, kaum borjuis atau bangsawan sekolah punya trik yang keren. Yaitu dengan metraktir semua teman-teman tuh cewek. Kalau ke mall semua diajak. Bagi mereka itu ngak masalah. Bagi gue? Itu neraka. *sedihnya hidup.*
Jadi, ntar kalau tuh cewek curhat atau minta ke pendapat ke teman-temannya. Pasti teman-temannya bilang, "tuh cowok, baik banget. Udah tajir, baik, ganteng dan unyu-unyu pula." *jijik gue jijik, kata-kata mereka mengandung unsur hara. Yaitu duit.* dan sebaliknya jika teman-teman tuh cewek ngomongin soal gue. "dih, jangan mau sama Welly, udah ga tajir. Eh,kemaren gue nge-liat si Welly lagi ngamen di lampu merah." "padahal apa! Gue gak ngamen kok!. gue Cuma nyanyi lagu alamat palsu, di lampu merah depan sekolah. Eh, ada yang ngasih duit. Katanya apresiasi buat gue supaya diam."*jleb...*
Tapi, waktu itu ada satu titik terang. Gue masih punya sahabat cewek. Dia perhatian banget sama gue. Kalau gue nggak bisa ngerjain soal matematika. Dia yang ngebantu gue. Pokoknya kayak mami kedua gue dah. Gue sering ber-senda gurau dengan dia. Tapi dia juga pernah sih ngambek sama gue. Kalau ngambek anjrit lama bener. Bisa sampe satu minggu. Kagak mau ngomong, ditelepon ngak mau ngangkat. Asli, bagi gue itu adalah hal yang paling horror. hanya dia sahabat gue yang cewek, dan mau mengerti gue apa adanya. Bukan melihat seberapa banyak aliran rupiah di dompet gue. Karena emang dompet gue gersang banget.
Gue bersahabat dengan dia sekitar tiga tahun lamanya. Dan kawan gue yang kaum borjuis juga udah putus nyambung beberapa kali dengan cewek idamannya. Persahabatan gue, mulai berakhir pada saat gue mulai suka sama dia. Dan dia lebih memilih untuk menjadi sahabat. Bukan menjadi pacar. Mungkin karena, gue yang terlalu memaksakan cinta gue. Akhirnya, hubungan persahabatan itu berakhir. Tepat pada saat lagu januari launching. Tragis? Engak kok, emang gue yang salah. Setelah gue sma tiga. Gue sempat nelepon dia. Dan bilang, "maffin ya, kesalahan gue yang dulu." Trus mantan sahabat gue ini bilang. "nggak kok, nggak ada yang salah. Itu Cuma keegoisan masa lalu." Dan setelah itu kami ngak pernah telepon-teleponan lagi. Tapi di facebook gue udah nge-add dia sebagai teman gue. Siapa tahu, gue masih bisa bersahabat lagi dengan dia.
Jika persahabatan memang luar biasa, jadikanlah persahabatan itu sebuah persahabatan yang utuh. Dan jika, sahabat tidak dapat menjadi cinta. Jadikanlah cinta itu menjadi sahabat buat semuanya. --With Proud and Love Welly Hermanto--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H