Lihat ke Halaman Asli

Pemanah Rasa Purba

Diperbarui: 15 November 2022   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc. Pribadi

PEMANAH RASA PURBA

Dirgahayu langit purba
air, angin, tanah dan matahari mengantar selamat
atas perjumpaan dengan sa-HUDA-RA mu,
aku memohon pada keheningan
mewujudlah lebih tua dari selain cinta
seperti mereka yang telah mengalami manis getir kehidupan,
Laila Majnun, Adam Hawa sebagai saksi tali kasihNya.

Tanpa sumur kelahiran itu
Manusia tak bisa menimba air cinta,
Karena dahaga adalah jalan kembali
ke taman maniloka tanpa tanda tanya
: suwung hujan cahaya

Tahukah kau?
Bahwa perang rasa dimulai ketika kita menghirup karma,
Manusia jatuh diranjang kabut lupa, darimana ia berasal?
akan kemana ia pulang?  saat ini sedang dimana?

Sungguh pun purwa wiwitan,
tempat hidup mengeja makna
agar bisa menerima lahir dan mati jadi manunggal
serupa sakit dan cinta, baik buruk, atau ada dan tiada.

Pemanah rasa....
 jutaan planet ditata surya terikat energiNya
aku mengenalnya begitu purba
tanpa nama...tanpa angka
namun Esa menyulut hidup
menyembur segala bentuk cahaya purba.

Sungguh,
kebenaran dan Tuhan telah hidup jutaan tahun silam
bahkan lebih dari yang kita pikirkan.

Malu lah kau ketika ingin menjadi hakim
karena bumi dan penghuninya
hanya titik diantara padang pasir
dan bunga kamboja bernama....semesta.

Lamongan 17-03-2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline