Lihat ke Halaman Asli

Teng-We, Solusi Menghancurkan Kapitalisasi Rokok

Diperbarui: 13 Juli 2023   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapitalisasi Rokok | pixabay.com/realworkhard 

Beberapa hari ini saya mencoba solusi alternatif menghemat budget bulanan untuk rokok. Saya merokok dua bungkus (sekitar 40-50 ribu) per hari. Lebih mahal daripada biaya makan dan bensin berangkat ke kantor. Tentu dengan gaji yang sedikit lebih banyak dari UMR, rokok benar-benar bisa membunuhmu. Apalagi kongkalikong pemerintah dan industri rokok yang terus menekan harga rokok setiap periodenya.

Pemerintah dan organisasi antirokok jelas ingin mematikan industri rokok dengan dalih kesehatan, kematian, dan perusakan lingkungan. Alih-alih memberi solusi, pemerintah hanya ingin petani tembakau gulung tikar dengan cukai yang tidak masuk akal.

Bagi penikmat rokok, aktivitas menghisap dan menghembuskan asap rokok adalah kebutuhan yang sulit digantikan, termasuk hadirnya vape. Narasi bahaya rokok juga sudah sering di-counter dengan manfaat dan dugaan taktik propaganda asing. Namun, namanya juga orang modern, berbagai upaya dilakukan dengan tetap bisa merokok namun tetap irit, termasuk melarisi rokok ilegal noncukai.

Masih Bisa Merokok

Demi alasan kemanusiaan, saya akhirnya mencoba teng-we untuk tetap menghidupi petani tembakau. Teng-we merupakan akronim dari bahasa Jawa nglinting dhewe yang artinya melinting (rokok) sendiri. Aktivitas ini mulai banyak dilakukan masyarakat desa di tengah gempuran kapitalisasi rokok.

Harga rokok saya, 6 bulan lalu masih 15 ribu, sekarang sudah menyentuh 20 ribu per bungkus. Sementara kenaikan gaji saya per tahun (UMR hanya sekira 50 - 100 ribu. Jelas strategi ngawur mematikan konsumen yang didominasi masyarakat kelas ekonomi bawah.

Alhasil teng-we adalah solusi alternatif tetap bisa merokok tanpa harus ngutang ke pinjol. Jika sudah marak di masyarakat, pemerintah akan semakin sulit mencukaikan tumbuhan yang diciptakan oleh Allah Swt, yakni tembakau.

Teng-we Jauh Lebih Ngirit

Terlepas dari standarisasi kesehatan, teng-we hanyalah solusi bagi pecandu rokok yang tidak mampu lagi membeli rokok bercukai di pasaran. Pemerintah tidak menyediakan barang pengganti yang bisa membuat masyarakat menghilangkan beban pikiran, meningkatkan kreaktivitas imajinasi, dan sarana mudah bergaul dengan orang baru yang sama-sama pecinta rokok.

Dengan teng-we dan dibungkus bekas rokok Malboro, kita tetap bisa asik dan PD nongkrong tanpa rasa canggung. Biaya merokok dengan produksi sendiri (teng-we) hanya butuh budget sekira 200 ribuan selama sebulan. Sementara dengan rokok cukai, bisa membengkakan dompet sekira 1,3 juta per bulan.

Harga tembakau rasa Djarum Super misalnya. Satu kilogram hanya 95 ribu yang bisa digunakan sebulan lebih. Kemudian harga alat linting rokok sekira 12 ribu sampai 25 ribu yang bisa dipakai selamanya. Sementara harga kertas rokok cuma 20 ribuan dan filternya sekira 50 ribu per pack. Kalau mau penambah rasa bisa dikasih cengkeh aneka rasa yang dijual sekira 60 ribu per slop. Anggaran ini bisa digunakan lebih dari sebulan untuk merokok.

Membunuh industri rokok kapitalis

Teng-we harus bisa dikampanyekan sebagai gerakan membunuh industri rokok kapitalis yang seenak jidat menaikan harga rokok sepanjang waktu. Saya tidak tahu perjanjian antara industri rokok dan pemerintah terkait cukai, yang jelas saya marah kenaikan harga rokok tidak mempertimbangkan kenaikan pendapatan buruh atau petani.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline