Setiap warga negara yang sudah ber-KTP punya hak menentukan pilihan politiknya, termasuk saya yang jauh hari memilih Prabowo Subianto untuk menjadi Presiden RI ke-8. Meski sebelumnya saya pilih Jokowi selama dua periode berturut-turut, kali ini saya "pedot oyot" tidak memilih petugas partai dari PDI Perjuangan lagi.
Sebelumnya, sistem algoritma media sosial mendoktrin otak saya untuk membenci setengah mati manusia yang bernama Prabowo. Mulai dari isu pelanggaran HAM berat hingga tudingan calon presiden tidak punya penis (dikebiri) saat perjuangan militer di Timor-Timor.
Namun langkah politiknya pasca dua kali dipecundangi Jokowi membuat saya tertegun dan kagum dengan jiwa nasionalisme beliau. Bahkan dalam debat capres tahun 2019, Prabowo tidak sungkan memuji keberhasilan beliau memimpin selama periode 2014-2019. Tidak melakukan black campign, selain para pendukung yang tidak ikut aba-aba Prabowo soal pembangunan demokrasi yang sehat.
Pilihan beliau untuk rela menjadi pembantu Jokowi menunjukan kepentingan beliau terhadap negara daripada popularitas pribadi semata. Bahkan sebagai Menteri Pertahanan, beliau termasuk dalam kategori menteri yang punya kapabilitas mengurus negara dan berintegritas. Jauh dari isu miring seperti halnya perilaku pejabat lain yang masih giat melakukan korupsi di kemensos dan kemenkominfo.
Tanda-Tanda Kepantasan Prabowo Menjadi Presiden
Saya masih punya keyakinan terhadap ramalan-ramalan Gus Dur tentang pernyataan beliau yang mengatakan Prabowo kelak akan menjadi Presiden. Dalam wawancara Kick Andy, Gus Dur pernah mengatakan bahwa Prabowo sebagai salah satu pejabat yang tulus.
Padahal kalau dilihat track record-nya, Prabowo cukup dekat dengan Soeharto yang merupakan menantunya. Lantas kenapa Gus Dur tak ragu memuji Prabowo? Bukankah pak Harto satu-satunya "musuh" Gus Dur?
Teka-teki ketulusan Prabowo terhadap Indonesia semakin saya yakini setelah beberapa kali Cak Nun tak sungkan memberikan dukungan politik kepada Prabowo. Pilihan tersebut yang kerap menyeret pimpinan Maiyah itu tersandung masalah dan fitnah dari netizen yang sok-sokan ikut bahas politik.
Meski demikian, tanda-tanda kepantasan Prabowo menjadi presiden berikutnya mulai terlihat ketika survei masih menempatkan beliau di posisi unggulan bersama Ganjar Pranowo. Sementara pesaing lainnya, nampaknya hanya pupuk bawang, ketika isu politik identitas tidak lagi manjur di tahun 2024.
Jokowi yang identik dengan petugas partai PDI Perjuangan juga beberapa kali keceplosan memberikan dukungan kepada Prabowo. Beliau rela dituduh sebagai petugas partai yang durhaka namun punya kebeningan mata hati melihat perjuangan Prabowo selama ini.
Berpolitik dengan Tidak Neko-Neko
Mencari celah Prabowo cukup sulit selain isu yang itu-itu saja. Beliau terlihat tegas dan tidak gila pencitraan. Meski tidak populer di media sosial, namun elektabilitas Partai Gerinda masih sangat kokoh menjadi runner-up pemilu. Berarti ada sesuatu yang istimewa namun tidak dipamerkan beliau dalam rangka meraih jabatan.