Lihat ke Halaman Asli

NU untuk Semua Partai, Saya Setuju Sama Yai Yahya Kholil Staquf

Diperbarui: 28 Februari 2023   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

politik NU | pixabay.com/Leonhard_Niederwimmer 

Gelaran satu abad NU masih menyisakan beberapa kesan bagi nahdliyin awam seperti saya. Sisa kesan negatif tentu dibubarkannya pengajian Ustaz Hanan Attaki di Pamekasan, Madura oleh Banser yang dialasi tidak sesuai dengan kultur budaya di Jawa Timur. Jelas sangat disayangkan.

Dari dulu saya tidak pernah sepakat acara bubar-membubarkan pengajian. Niatnya mau menjaga kondusivitas masyarakat, malah menjadi bumerang kesan anti-Islam dari kalangan NU. Saya selalu menyarankan di banyak kesempatan, popularitas harus disaingi dengan popularitas, bukan dengan pembubaran pengajian.

Yang seharusnya menjadi Pekerjaan Rumah generasi muda NU ya menciptakan tokoh populer untuk bersaing dengan ustaz-ustaz di media sosial seperti Ustaz Abdul Shomad, Adi Hidayah, Kholid Basalamah, hingga Hanan Attaki. Di luar apakah beliau punya keterikatan dengan mazhab wahabi atau organisasi terlarang HTI.

Abad kedua NU harus mulai menciptakan strategi dakwah toleran untuk bersaing dengan dakwah yang dituduh intoleran. Kalau sekonyong-konyong membubarkan pengajian, tapi aktif menjaga gereja, bagaimana kami nahdliyin di kampung-kampung menjawab pertanyaan tersebut?!

Sementara kesan positif yang saya tangkap pasca gelaran seabad NU adalah kehadiran Ketua PBNU KH. Yahya Cholil Staquf dalam acara Simpsoum 1 Abad NU yang digelar oleh Partai Amanat Nasional (PAN) di Hotel Sheraton, Surabaya, Jawa Timur.

Tentu diketahui banyak orang bahwa PAN merupakan representasi partai dari ormas Muhammadiyah, sementara NU direpresentasikan dengan PKB. Gus Ulil memberikan pendapat menarik, "Membuktikan bahwa PAN bisa mempersatukan NU dan Muhammadiyah. Melintasi batas-batas kelompok dan identitas,"

Semakin panas ketika Gus Yahya memberikan pernyataan bahwa nahdliyin tidak diharamkan menocblos PAN di pemilu. Pernyataan kontroversial ini mendapat respon dari banyak tokoh muda NU seperti Gus Nadir (@na_dirs) dalam cuitannya.

"Mempersilakan semua partai mengambil suara warga NU tanpa mempersiapkan apa agenda Nahdliyin yg harus diperjuangkan partai2 tsb sama saja dg mempersilakan tetangga masuk rumah kita dan mengambil semua perabotannya dengan bebas dan gratis. Jgn kasih cek kosong #sikap,"

Namun kali ini saya sepakat dengan Gus Yahya bahwa NU itu untuk semua partai, bukan hanya PAN, PKS sekalipun. Perkara agenda nadhliyin sudah barang tentu dipikirkan para kiai-kiai yang duduk dalam jajaran tinggi PBNU. Intinya, jangan menambah perseteruan yang menyeret NU dalam politik praktis.

Pilihan politik pilpres 2014 dan 2019 seharusnya dijadikan refleksi bahwa NU sedang menjadi "bahan bully-an" sebagai ormas penjilat pemerintah. NU mudah dijadikan alat politik praktis mengeruk suara. Secara NU merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline