Lihat ke Halaman Asli

Joko Yugiyanto

Blogger Absurd di https://kanaljogja.id

Dari Corona, Kita Bisa Belajar Apa

Diperbarui: 6 April 2020   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mbc.news

Covid 19 telah menghancurkan segalanya. Tak hanya mereka yang harusnya menggelar pesta pernikahan dengan segala kemeriahan. Kaum papa yang hidup dari kerasnya jalanan pun turut merasakan hal yang sama.

Kesombongan yang mungkin saat ini tak pernah memandang alam dan lingkungan dengan cara yang lebih baik. Pademi yang konon akan diselesaikan dengan gaya hidup sehat, jaga kebersihan diri dan lingkungan ini mampu serta sosial distancing.

Mereka para pekerja informal di ibukota khususnya. Bisa menjadi pihak paling apes. Dimana mereka kini sudah tidak bisa beraktifitas. Berdiam diri dan rebahan pun bukan solusi yang pas untuk mereka karena senantiasa ingat tagihan kontrakan dan listrik yang harus di bayar tiap bulan.

Belum lagi bila ada bocah yang merengek minta susu formula. Seperti yang diketahui bahwa saat ini susu formula bukan lagi barang murah.

Dapat di lihat dengan mudah, saat berkunjung ke minimarket mereka di letakan di belakang meja kasir. Artinya pembeli tidak bisa mengambil sendiri dan harus di ambilkan. Tak hanya, bila du supermarket maka produk ini akan masuk lemari kaca atau akan di berikan gelang sensor.

Susu yang mungkin bukan termasuk barang kebutuhan pokok kini menjelma tak ubahnya sembako. Harus ada dan segera bila tidak bisa jadi maka akan bermasalah di kemudian hari.

Bertahan di ibukota dengan kondisi pandem Corona memaksa sebagian pulang kampong. Bagai buah simalakama. Bertahan di ibukota berat pulang pun susah.

Tak sedikit mereka yang memutuskan pulang kampung justru menambah masalah. Ada satu carier yang pulang kampung dan seperti yang kita tahu di desa itu identic gotong royong.

Niat baik untuk berkumpul dan bekerja sama dengan yang lain. Tak disangka tak di duga ternyata satu orang ini diduga menularkan covid 19 ke puluhan warga kampung lainnya.

Miris bukan, oleh karena itu jangan memaksakan diri untuk pulang kampung. Ada baiknya slowdown berdiam diri di rumah. Berpikir dampak yang semakin tak terkendalikan bila semua memaksakan kehendak.

Yang bisa dilakukan kini tentu memutar otak. Bagaimana dengan di rumah tetap produktif. Bagaimana dapur tetap bisa ngebul, dan pastinya tagihan kontrakan dan listrik aman-aman saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline