Lihat ke Halaman Asli

Jangan Salahkan Banjir

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jangan Salahkan Banjir

Daratan dan lautan itu rusak disebabkan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri. Air merupakan benda cair yang sangat bermanfaat untuk kehidupan. Akan tetapi kalau kebanyakan akan membuat malapetaka. Itulah air. Sebagai manusia paling bisa berkeluh kesah  apabila kemarau, wah kemarau banyak debu, panas susah air dan lain sebagainya. Gilirannya hujan, wah hujan becek, basah, banjir, bocor dan lain sebagainya. Itulah manusia.

Air sebenarnya memiliki hak untuk bertempat tinggal yaitu di gunung-gunung, di hutan- hutan di perbukitan, tempat yang rendah, rawa-rawa, laut-laut dan lain sebagainya itulah tempat air. Karena tangan – tangan manusia, perbukitan/puncak yang menjadi resapan air dibangunlah villa-villa, hotel-hotel tanpa memikirkan akan dampaknya, tanah-tanah resapan, rawa-rawa, persawahan dijadikan pemukiman dls. Tempat-tempat tersebut yang seharusnya air bisa tenang, terusik karena tempatnya dipakai oleh manusia sehingga air tidak memiliki tempat lagi yang secara layak. Dia (air) protes dengan segala kemampuannya dimana-mana sehingga manusia menyebutnya banjir..

Apakah kita mau menyalahkan banjir? Kita tidak usah menyalahkan banjir. Apakah kita akan menyalahkan orang-orang terdahulu? Kita tidak usah menyalahkan orang-orang terdahulu. Yang terpenting sekarang adalah mencari solusi, jalan keluar bagaimana memanage air yang banyak dapat mengalir dengan baik, tidak terhambat oleh perihal yang membuat air marah. Normalisasi jalannya air agar lancar untuk menuju tujuan air yaitu ke laut. Air ini ingin ke laut kalau dihambat atau dilawan atau dihalangi maka dia akan menggenangi/akan marah dengan yang menghalanginya atau menghambat lajunya air tersebut.

Berpikirlah wahai manusia, jangan semena-mena terhadap alam ini, tempatkan pada tempatnya kalau memang bukan tempatnya jangan ditempatinya karena bukan haknya. Semangat malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline