Lihat ke Halaman Asli

Berita Sensasional "Identik" dengan Hoaks

Diperbarui: 8 November 2017   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

SETIAP hari bertebaran berita hoax di sekeliling kita. Mau tak mau kita akan bersinggungan dengan berita-berita yang patut diragukan kebenaran tersebut. Berita-berita palsu itu terus menjamur seiring menjamurnya berita media online yang tidak memiliki kredibilitas atau abal-abal. Belum lagi pemilik akun tertentu, begitu mudah dan bebas mengunduh dan menyebarkan berita bohong dengan mudah tanpa ada filter yang menyeleksi berita-berita itu. Semakin terbuka kesempatan orang untuk menyebarkan berita-berita bohong, menyebarkan fitnah, mendeskreditkan orang lain, memecahbelah persatuan, isu SARA dan masih banyak lagi.

Saat ini, ada sekitar 2.000 media online yang tercatat di Dewan Pers. Tetapi, yang sesuai dengan kaidah jurnalistik dan mempunyai kelayakan sebagai perusahaan hanya sekitar 211 media. Sungguh memprihatinkan.

Banyaknya berita hoax yang semakin tak terbendung belakangan ini, menurut Ketua Dewan Etik Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Bagir Manan, merupakan dampak negatif dari kebebasan pers yang tidak bertanggungjawab. Apapun alasannya, institusi pers harus mempertanggungjawabkan konten berita kepada publik.

Maraknya berita online tak lepas dari pola konsumsi masyarakat. Kenapa banyak masyarakat yang lebih menyukai membaca berita-berita seperti itu?  Berita hoax  memang isinya gosip dan isu kontroversial sehingga mempunyai daya tarik tersendiri.

Namun harus disadari dampak dari berita hoax tersebut bisa merugikan pribadi orang tertentu, organisasi, institusi, kelompok serta lembaga tertentu. Misalnya, judul atau isi berita yang tidak akurat bisa menimbulkan opini negatif yang bisa merugikan pihak tertentu. Selain itu, bisa memberikan reputasi buruk terhadap seseorang/sesuatu, misalnya kita main share tanpa diteliti kebenaran padahal berita tersebut hoax, tentu akan membuat image seseorang menjadi buruk.

Kemudian, fitnah pun bisa tercipta melalui berita hoax yang tersebar. Masyarakat gagal mendapatkan informasi yang benar karena berita yang disebar itu ternyata palsu. Berita-berita hoax yang menebarkan kebencian bisa menciptakan perpecahan atau perang antarkelompok.

Di era digital seperti saat ini, kita tidak bisa menghindar dari berita-berita semacam itu. Bisa jadi, kita sudah berusaha memproteksi diri dengan hanya membaca berita dari konten media resmi yang layak dipercaya. Namun, kita tidak bisa menghindar kalau tiba-tiba dapat kiriman berita atau foto dari orang lain, yang isinya tidak bisa dipercaya.

Menyikapi kondisi seperti itu, diperlukan kecerdasan untuk menentukan sikap. Setiap berita yang masuk harus dilakukan cek and ricek. Dengan cara itu akan teridentifikasi berita hoax atau bukan. Diantaranya dengan :

1. Mewaspadai judul yang provokatif

Judul yang sensional sengaja diciptakan dengan tujuan menarik pembaca, padahal tidak sesuai dengan fakta yang ada.

2. Mencermati situs yang menyebarkan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline