Kebingungan mungkin melanda warga Negara Kesatuan Republik Indonesia saat mendengar atau membaca istilah "resesi seks", apalagi jika dikaitkan dengan kemungkinan hal tersebut melanda Bumi Pertiwi.
Jika masih hidup, filsuf Jerman Arthur Schopenhauer akan bersabda, "yang awam terheran-heran dan yang ahli bertanya-tanya". Namun demikian, admin Kompasiana tetap secara tegas telah melontarkan pertanyaan-gagasan bak seorang ahli: bisakah Indonesia terserang resesi seks?
Apa iya Indonesia bisa mengalami resesi seks? Apakah Indonesia sama dengan Jepang atau Korea Selatan, dua negara Asia yang konon sedang terserang resesi seks?
Jepang dan Korea Selatan adalah dua negara dengan tingkat kesuburan terendah di Asia bahkan salah dua yang terendah di dunia. Menurut data PRB atau Population Reference Bureau (2021), rata-rata perempuan Jepang sepanjang hidupnya hanya akan memiliki 1,6 orang anak pada tahun 1990 dan 1,3 orang anak pada tahun 2020.
Indikator kesuburan yang disebut sebagai total fertility rate atau tingkat kesuburan total yang disingkat TFR ini juga menunjukan kecenderungan penurunan untuk Korea Selatan, yaitu dari 1,6 (1990) menjadi 0.8 (2020).
Artinya saat ini, (tahun data 2020) secara rata-rata seorang perempuan di Korea Selatan hanya akan memiliki kurang dari 1 anak sepanjang hidupnya, tepatnya 0,8 anak.
Rendahnya tingkat kesuburan di 2 negara Asia Timur ini berpotensi memiliki dampak yang cukup menguatirkan dalam beberapa puluh tahun ke depan. Menurut BBC (2012), populasi Jepang pada tahun 2060 bisa berjumlah hanya 2/3 dari populasi pada tahun 2012.
Menurut the World Population Prospect untuk Korea Selatan dari PBB (2022) penduduk Korea Selatan yang kini berjumlah sekitar 52 juta jiwa bisa hilang sampai separuhnya pada akhir abad 21 ini. Otoke?
Bagaimana dengan Indonesia?
Menurut data yang sama, PRB (2021), rata-rata perempuan di negara kita sepanjang hidupnya memiliki 3 orang anak pada tahun 1990 dan 2,1 orang anak pada tahun 2020.