Salah satu masalah di dunia perguruan tinggi di Indonesia yang sering disoroti adalah tidak nyambungnya hasil penelitian maupun pendidikan di kampus dengan kebutuhan di sektor industri dengan kata lain, pasokan dunia akademis yang tidak cocok dengan kebutuhan ekonomi negara kita.
Walhasil, seringkali kita tidak hanya menemukan ratusan hasil riset perguruan tinggi yang tidak terpakai tapi juga lulusan universitas yang sulit mendapatkan kerja sesuai bidang keahliannya.
Padahal idealnya dunia perguruan tinggi atau dunia akademis adalah pemasok kebutuhan perekonomian tidak hanya dalam bentuk sumber daya manusia tapi juga hasil penelitian atau riset yang bisa diterapkan di masyarakat.
Beberapa negara Eropa Barat seperti Belgia misalnya, mengenal suatu bentuk perusahaan untuk menjembatani dunia akademis dan dunia industri yang dikenal sebagai "spin-off".
Spin-off universitas di negara-negara tersebut pada dasarnya adalah firma atau perusahaan swasta independen yang saham terbesarnya dimiliki oleh sebuah perguruan tinggi negeri dan sisanya dimiliki oleh perorangan atau institusi lainnya.
KU Leuven, salah satu universitas negeri terbaik di Belgia dan tujuh besar universitas paling inovatif di dunia (2018), misalnya, sejak akhir dekade 70-an telah merintis model spin-off ini.
Kini universitas negeri tersebut telah memiliki 142 perusahaan spin-off yang bergerak di pelbagai bidang keilmuwan terutama terkait teknologi.
Spin-off terbesar universitas ini misalnya adalah perusahaan LMS International yang telah menjadi salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam pengujian dan perancangan perangkat lunak untuk simulasi mekatronik dan kini sudah menjadi bagian dari Siemens Digital Industry Software.
Beberapa spin-off lain dari universitas ini bergerak di pembuatan chip semi-konduktor yang kita pakai di berbagai perangkat elektronik.
Perusahaan-perusahaan chip semi-konduktor ini memainkan peran yang sangat penting saat perangkat digital dan komunikasi yang sangat diperlukan di masa pandemi sementara pemasok utama chip dunia yaitu Tiongkok mendapat embargo dari Amerika Serikat yang memicu munculnya krisis ketersediaan chip dunia setahun belakangan ini.