Lihat ke Halaman Asli

Jepe Jepe

TERVERIFIKASI

kothak kathik gathuk

Didi Kempot, the Godfather of Paribasan!

Diperbarui: 18 Juni 2021   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar kanal youtube net.tv

Didi Kempot lagi? Ya iyalah, siapa lagi kalau bukan our Godfather of brokenheart?

Selain menjadi the Godfather mereka (dan kita) yang patah hati, paklik Didi Kempot juga layak menyandang gelar the Godfather of paribasan alias peribahasa dan ungkapan dalam bahasa Jawa.

Tembang-tembang yang ditelurkan penggagas konsep merayakan kesedihan dan patah hati (ambyar tak jogeti) ini sarat dengan peribahasa maupun ungkapan.

Nggak percaya? Curiga? Kita langsung saja tembang per tembang. Tarik sis... Semongko!

Suket Teki

tak tandur pari, jebul tukule malah suket teki (kutanam padi, tapi yang tumbuh malah rumput liar)

Dalam tembang ini, Paklik Didi bertanya-tanya apalagi yang harus dilakukan jika sang kekasih yang tidak setia, tidak mau mengaku salah, dan sudah tidak mau lagi mengalah. Dibaik-baikin, malah menyakiti. Sebagai manusia Jawa yang berbudaya dasar agraris, mungkin sakitnya di hati mengalami pengkiatan cinta ibarat menanam padi ternyata yang tumbuh malah rumput liar belaka.... duh biyung

Kalung emas

Kalung emas sing ono gulumu (kalung emas yang di lehermu)
Saiki wis malih dadi biru (sekarang sudah berubah jadi biru)
Luntur koyo tresnamu (luntur seperti rasa cintamu)
Luntur koyo atimu (luntur seperti rasa di hatimu)
Sak iki kowe lali karo aku (sekarang kamu lupakan daku)

Secara kimia, warna logam emas memang bisa berubah menjadi warna lain seperti hijau atau biru. Logam emas seperti kalung yang terpapar pada oksigen di udara setiap hari bisa memicu proses oksidasi yang menyebabkan perubahan warna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline