Ada dua pertanyaan yang menyesakkan dada tatkala pada Rabu, 21 April 2022 yang lalu kita mendengar bahwa KRI Nanggala 402 hilang dan diduga tenggelam di suatu titik di perairan utara Pulau Bali:
Berapa lama kita bisa menemukan teman-teman di dalam kapal selam itu untuk kemudian diselamatkan? Punyakah kita teknologi untuk melakukan dua hal itu?
Seperti kita semua tahu, sangat terbataslah jumlah zat asam yang tersedia dalam sebuah kapal selam, terutama saat mengalami mesin dan tenaga listrik di kapal tersebut padam atau (black out). Proses pencarian adalah perlombaan melawan waktu. Setiap detik sangat berharga, setiap langkah pencarian harus mengarah semakin dekat pada penemuan.
Sayang bahwa kedua pertanyaan di atas baru akhirnya terjawab 4 (empat) hari kemudian, pada hari Minggu 25 April kemarin (TST, 26 April 2021) saat kendaraan nirawak dari kapal MV Swift Rescue milik Angkatan Laut Singapura berhasil mengambil gambar-gambar puing KRI Nanggala 402 di kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut.
Sampai saat ini kita tidak tahu apakah ke 53 pahlawan bangsa ini gugur seketika atau tidak lama setelah mereka hilang kontak pada Rabu 21 April 2021, atau sempat bertahan beberapa hari sebagaimana sering diutarakan dalam berbagai skenario optimis (Kompas 22 April 2021) sebelum akhirnya kapal selam yang mulai melaut pada tahun 1981 ini ditemukan hari Minggu kemarin.
Yang pasti perlu beberapa hari untuk berbagai kapal, pesawat dan wahana penyelamatan untuk hadir di lokasi yang diduga sebagai lokasi bencana.
TST (25 April 2021) menyebutkan bahwa kapal MV Swift Rescue berangkat dari Pelabuhan Changi, Singapura pada Rabu 21 April 2021 dan perlu waktu 4 hari untuk mencapai lokasi.
Kapal MV Swift Rescue ini antara lain dilengkap dengan wahana penolong bawah laut (deep-submergence rescue vehicle atau DSRV) yang disebut Deep Search and Rescue Six atau wahana selam DSAR 6 yang mampu menyelam dan beroperasi sampai kedalaman 500 meter (Naval Technology, 2008), menempel pada badan kapal selam yang tenggelam untuk kemudian mengangkut awak kapal korban ke permukaan.
Wahana penolong bawah laut atau DSRV ini sayangnya belum dimiliki oleh Indonesia. Di Asia hanya Tiongkok, Jepang, India dan Singapura yang memiliki DSRV. Selain DSRV milik Singapura, Defense News (24 April 2021) juga melaporkan adanya kapal milik angkatan laut India yang membawa wahana DSRV yang masih dalam perjalanan menuju Indonesia.