Mati angin aku melihat kenes-mu
Rekah bibir apit seuntai mutiara
Teduh temaram kulit naungi senyummu ayu
Belalak nakalmu pipiku merona
Mati ngilu aku simak cuitmu
Jerit tertahan temukan nirwana
Senyum ungu, damai hijau dan laut biru
Tengah-tengah prahara gumuli swarga
Mati berdiri aku lihat naifmu
Tanpa berkias mainkan wara-wara
Beritakan kawan lebah di sini berlimpah madu
Datanglah cepat kutahu kantuk si penjaga!
Mati akal ku-gumuni kawananku
Siapa yang lengah, siapa yang dihantam angkara?
Pergi minggat bawa ranselku abu-abu
Itu jika aku si penjaga ha ha ha
Mati penasaran kuingin kenal duniamu
Bumi tanpa batas, cinta tanpa koma
Plesiran yang mungkin tak semu
Dunia yang mungkin abaikan duka
Mati kecut kulihat pergimu
Pulang ke dadu hidup naifmu yang nyata
Datang sini kubisiki kukasih tahu...
Konsultasi dan e-book-ku tak ada bea!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H