Bar El Rio, Calle Betis, Sevilla, Spanyol 22.00 CET…
Inma terus bicara di depan Adji.
Segala kedip mata dan setiap helaan nafasnya seakan menghisap daya hidup Adji sampai ke akar-akarnya. Saban juntaian jari yang di-selentikan Inma sambil terus bercerita. Setiap liuk kolom vertebral Inma yang sejak bayi menguasai tarian Sevillana.
Inma menyeruput sedikit tinto verano untuk menghilang dahaga sambil terus bercerita.
Denyut jantung Adji seakan ikut terseruput bersama campuran anggur merah dan coca cola masuk menyelinap di sela bibir mungil tak bercela milik Inma.
Suara serak Alejandro Sanz dari stereo bar membuat udara malam kota Sevilla di bulan September yang panas semakin terasa sesak
Llévame si quieres a perder,
a ningún destino, sin ningún por qué…
(bawalah aku,
jika kau ingin tersesat tanpa alasan…)
Panas. Adji tak mampu mengucap sepatah kata.
Inma alias Maria Inmaculada, si gadis dari kota kecil El Puerto de Santa Maria balik memberondongnya dengan pertanyaan.
Entonces, estás solo Adji? Kau sendirian Adji?
Podemos irnos juntos non? Kita bisa jalan bareng kan?
Por qué tanto silencio? Kok nggak ngomong gitu sih?
Wangi nafas Inma dan harum wewangian tubuhnya yang mendekat membuat Adji semakin tak mampu bereaksi.