[caption caption="Kuntul biru di empang di Munirpad (dok.pri)"][/caption]
Kuntul biru mengangguk bagai isyarat
Bahwa di tepi kolam ini kakiku harus kutambat
Hentikan langkah cepat
Untuk kenang sebentar seorang sahabat
Kuntul biru mengangguk bagai bilang
Kalau jalan setapak ini memang lenggang
Hanya bunyi sepi dan gesek batang rindang
Satu dua pejalan kaki atau pesepeda kadang-kadang
[caption caption="Munirpad atau gang munir di Den Haag (dok.pri)"]
[/caption]
Kuntul biru mengangguk bagai ajakan
Untuk dengar nyanyi daun gugur berserakan
Menguning di oktober di mendung akhir pekan
Tuk hirup mendung tuk hembus yang bukan bukan
Kuntul biru mengangguk bagai menegur
Tuk hati yang tak bisa diam di musim gugur
Tuk resah yang tak kunjung tertidur
Tuk rindu yang tak kian kendur
[caption caption="Munirpad atau gang munir di Den Haag (dok.pri)"]
[/caption]
Kuntul biru mengangguk bagai elingi
Kalau jalan setapak ini untuk dia yang perjuangannya mewangi
Untuk dia yang ingin dikenang dalam sunyi
Tanpa hilangkan hari dan hati penuh berapi
Kuntul biru mengangguk bagai maafkan
Ketidakberanianku tuk bertahan hadapi huraccan
Kesenangan hatiku untuk nikmatkan badan
Pikir picikku tuk sekedar selalu cari aman
[caption caption="Munirpad atau gang munir di Den Haag (dok.pri)"]
[/caption]
Kuntul biru mengangguk bagai bebaskan
Ketakutanku hadapi yang tak beralasan
Kecemasanku yang tak mampu tuk pasrahkan
Kegetiranku yang tak mampu melupakan