Lihat ke Halaman Asli

Joko Prihanto

Dosen | Pendeta | Fans Manchester United

#KalahRapopo

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa waktu lalu saya berkicau dengan tagar #KalahRapopo di Twitter. Cuit-cuit saya bukan menandakan pesimisme berkompetisi, tetapi –setidaknya, ini yang saya rasakan dalam hati saya– lebih ingin mengungkapkan keikhlasan. Dan tentu saja ini menjadi subjektif, sangat subjektif!

Yang saya rasakan, geliat Pemilu tahun ini, secara khusus untuk Pilpres, berbeda dari pemilihan umum yang sudah-sudah. Ada kegairahan yang berbeda dari masyarakat yang meresponinya. Hal itu bisa terlihat misalnya dalam tanggapan terhadap debat Capres. Antusiasme masyarakat berbeda dengan 5 atau 10 tahun lalu.

Kembali kepada soal subjektifitas saya tadi, seandainya pasangan yang saya idolakan (Jokowi-JK) kalah dalam kompetisi 9 Juli nanti, bagi saya hal itu tak terlalu menjadi soal. Setidaknya, saya punya dua alasan mengapa #KalahRapopo itu menjadi penting:

Pertama, “kegembiraan politik” yang digagas Jokowi begitu terasa di hati para pendukungnya. Hal ini lantas melahirkan semangat untuk menjadi volunteer dan kreativitas yang berbeda dari biasanya. Semangat untuk melahirkan karya tanpa bayaran tanpa menjadi fanatik sempit muncul dimana-mana. Aliran dana perjuangan yang terus mengalir, yang dikumpulkan orang-orang biasa hingga mereka yang berlabel kaya. Jikapun nanti Jokowi-JK tak terpilih, mereka tidak punya beban apapun untuk “mengembalikan utang” dana kampanye yang jumlahnya ratusan milyar itu.

Kedua, #KalahRapopo itu menjadi tak terhindarkan sebab Capres-Cawapres sebelah mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak juga. Hitungan di atas kertas, jelas secara koalisi partai pengusung saja (apalagi di saat-saat terakhir Partai Demokrat merapat), mereka sudah unggul. Koalisi tambun itu berisi Partai-Partai Politik yang berpengalaman dengan strategi-strategi matang dan terukur.

Jadi, Pak Jokowi dan Pak JK, seandainya panjenengan berdua menjadi runner up di “pertandingan” 9 Juli nanti, tagar #KalahRapopo itu saya harap akan menjadi bentuk keikhlasan, sekaligus kegembiraan, dalam meresponinya. Mudah-mudahan siap kalah itu sudah menjadi sesuatu yang tertanam di hati, sama seperti ketika menyiapkan kemenangan. Kalaupun kalah, kiranya KITA menjadi orang-orang kalah yang tetap bekerja, bukan lantas mengamuk dan merendahkan martabat diri sendiri… Salam Dua Jari!***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline