Lihat ke Halaman Asli

Joko Susilo

pendidik

Kasus Bunuh Diri dan Egoisme Kita

Diperbarui: 12 Oktober 2023   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hari ini kembali saya mendengar kasus bunuh diri. Sebagaimana diberitakan Solopos.com pada Selasa (10/10/2023) sore seorang mahasiswi berinisial NJW, warga Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang diduga melakukan bunuh diri dengan cara melompat dari lantai empat Paragon Mall Semarang. Keeseokan harinya terjadi kejadian serupa. 

Seorang mahasiswi juga ditemukan meninggal yang diduga bunuh diri karena ditemukan secarik kertas berisi pesan terakhir yang ditujukan kepada ibunya. Ini hanya dua peristiwa teranyar setelah sebelumnya kejadian serupa dialami mahasiswa yang ada di Jogja. Belum lagi bunuh diri yang terjadi karena korban pinjol. 

Pada kesempatan ini saya tidak ingin membahas secara khusus penyebab mereka mengakhiri hidup. Saya hanya ingin memotret dari sudut pandang orang di sekitar mereka. 

Tidak bisa dipungkiri memang terjadinya perisriwa tersebut salah satunya karena lemahnya sisi mental mereka dalam bertahan dalam badai problematika yang sedang mereka alami. Di sisi lain ada orang lain yang harus ikut bertanggungjawab secara moral terhadap kejadian tersebut. 

Adapun sisi lain dari orang sekitar yang bisa kita potret antara lain, pertama egoisme. Baik sadar atau tidak, egoisme orang di sekitar telah memaksakan kehendak yang kadang tidak bisa dilakukan oleh seseorang. Bahkan meskipun pemaksaan itu dengan maksud yang baik. Tetapi penerimaan yang berbeda akan menjadi "kekerasan secara psikis". Pengalaman yang saya alami sendiri karena berbenturan dengan problematika hidup pun sama. Ketika saya harus berhadapan dengan egoisme orang-orang di sekitar yang memaksakan kehendak mereka. Lintasan-lintasan mencari "jalan pintas yang salah"  juga berseliweran. 

Kedua, orang di sekitar tidak tahu atau bahkan mungkin tidak mau tahu bahwa setiap orang memiliki karakter atau pembawaan kepribadian yang unik. Ada orang yang secara terbuka bisa berkomunikasi dan menerima masukan dari orang lain d sekitarnya. Tetapi orang lupa bahwa ada orang yang memiliki tipe tertutup dan tidak mudah untuk menerima masukan dari orang lain. 

Saya sendiri bahkan pernah memiliki murid yang lebih memiliki menyendiri dan berbicara dengan benda mati daripada kepada orang di sekitarnya. Maka, tugas orang di sekitarnya harusnya ialah memahami bahwa setiap orang memiliki jalur komunikasi yang unik berbeda. Perlu perlakuakn khusus. Ada orang yang bisa bercerita di depan banyak orang, ada orang yang bercerita hanya berdua bahkan ada juga orang yang butuh bercerita melalui perantara media.

Ketiga, kita memang harus lebih responsif dengan orang-orang di sekitar. Apalagi dengan kondisi sosial sekarang dimana lebih banyak mannusia yang berinteraksi dengan menggunakan media sosial mereka daripada secara langsung. Sehingga kita tidak tahu apakah orang di sekitar kita sedang bahagia, sedih atau menghadapi problematika hidup ketika ia berhadapan dengan media sosialnya. Sehingga kepedulian kita dengan orang sekitar dengan cara sederhana seperti menyapa secara langsung, menanyakan kabarnya, mengajak makan bersama dan lain sebagainya menjadi sangat penting. 

Tidak untuk saling menyalahkan atas banyak kejadian bunuh diri tersebut. Saya hanya ingin menyampaikan agar kita bisa melihat di sekeliling kita, bisa jadi ada teman, saudara, keluarga kita yang butuh kita sapa hanya untuk sekadar meringkan beban dalam jiwanya. Sehingga "jalan salah" untuk mengakhiri hidup itu tidak sempat terlahir.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline