Berulangkali Jokowi menunjukkan dua kartu setiap menjawab pertanyaan Prabowo tak ubahnya layaknya petugas penyuluh lapangan pemerintah daerah disamping melirik catatan ditangannya. Seperti itulah yang kita saksikan dalam debat capres yang kedua semalam. Kedua kandidat capres baik Prabowo Subianto dan Jokowi sama-sama memiliki argumen masing-masing soal pembangunan ekonomi.Namun, dalam debat kemarin sedikit menunjukan jika pemahaman Jokowi pada isu ekonomi makro dinilai masih sangat rapuh.
Sebut saja, dua kartu yang dipegang Jokowi adalah alat peraga penyuluhan, tanpa memegang kartu tersebut, apa yang akan dikatakan Jokowi ?. Tanpa memegang kartu tersebut, sangat mungkin Jokowi kehilangan konsentrasi karena wawasan ekonominya yang dangkal, Namun harus dimaklumi, Jokowi adalah sarjana kehutanan.
Waktu yang lampau, saat saya memberikan pelatihan kepada instruktur penyuluh lapangan, tehnik dasar untuk menyampaikan materi dilapangan adalah fokus pada alat peraga sebab sangat mungkin dilapangan ditemui masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan. Apa yang diperbuat Jokowi memang cara penyampaian dengan menggunakan alat peraga adalah menggunaan tehnik dasar penyuluhan tersebut,
Debat capres sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat Indonesia untuk mendapatkan perfomance presiden Indonesia yang mampu membawa bangsa ini menjadi lebih baik. Namun yang kita saksikan menjadi program penyuluhan kartu kesehatan. Padahal, tugas presiden adalah membangun hubungan antar bangsa di dunia sedangkan urusa tehnis dan kebijakan dilaksanakan oleh wapres dan para menteri,
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana kalau Jokowi harus tampil di forum Internasional atau tampil di PBB dengan performace seperti dalam debat capres ?
Pengamat Politik dari LIPI, Siti Zuhro menyatakan , sikap nerveous Jokowi yang keluar pada saat debat capres, dikarenakan Jokowi masih memiliki sejarah yang kurang baik dengan kubu Prabowo saat ini. Sehingga, Jokowi terlihat cukup tegang.
Pendapat yang bukan menyangkut isi debat dan lebih menekankan performance kedua capres, lembaga pemantau jejaring sosial Katapedia Indonesia menyebutkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mengungguli pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) di dunia maya.
Hasil pemantauan lembaga tersebut menyatakan, jumlah berita di portal berita yang membahas pasangan Prabowo-Hatta sebanyak 137, sementara Joko Widodo-Jusuf Kalla sebanyak 127. Media lebih menyukai membahas Prabowo-Hatta karena penampilan Prabowo . Prabowo juga mengungguli Jokowi di jejaring sosial Twitter, baik dari segi jumlah sentimen positif, sentimen negatif, dan total pembicaraan.
Sebanyak 1.718 pembicaraan positif membahas tentang pasangan Prabowo-Hatta, sedangkan Jokowi-JK hanya 1.531 pembicaraan positif. Begitu pula dengan sentimen negatif. Hanya 789 pembicaraan negatif tentang Prabowo-Hatta, lebih sedikit dibandingkan 966 pembicaraan negatif mengenai Jokowi-JK. Secara total pembicaraan, pasangan Prabowo-Hatta dibicarakan 8.530 kali, lebih banyak dibandingkan 8.078 pembicaraan mengenai pasangan Jokowi-JK. Jelas sekali di Twitter, pasangan Prabowo-Hatta mengungguli Jokowi-JK. Bahkan Prabowo menjadi topik yang banyak dibahas pada pagi hari setelah debat capres.
Sementara itu, pengamat ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra, mengatakan, gagasan Prabowo sangat detail dalam mengurai persoalaan dan solusi untuk bangsa. Sementara, sosok Jokowi dinilai hanya mampu menjelaskan secara teknis. Jawaban Prabowo menggambarkan dengan jelas kemampuan dia memahami dan memberi resolusi persoalan bangsa, namun Prabowo tidak begitu menguasai persoalan ekonomi mikro.
Jokowi sangat keteter menjawab beberapa isu makro ekonomi. Sebut saja misalnya soal utang luar negeri atau perusahaan asing yang rugikan Infonesia. Apa saja pertanyaanya, jawaban Jokowi selalu sama, revolusi mental, perbaikan sistem, dan kartu.