Lihat ke Halaman Asli

Noer Cholik

Mensyukuri nikmat waras

Kalibrasi Lidah di Pasar Ngasem Jogja

Diperbarui: 19 Januari 2023   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai salah sekian dari anggota pesepeda Tim Mawar (Mampir Warung) yang fokus kegiatannya adalah makan-makan sambil keliling bersepeda, sajian kuliner di Pasar Ngasem Jogja seolah menjadi kalibrasi lidah. 

Menurut sejarah, kawasan Pasar Ngasem dahulunya merupakan danau yang sering digunakan Sultan Hamengku Buwono II berpelesir sambil melihat-lihat keindahan keraton dari luar benteng. Namun, sekian waktu berjalan danau tersebut beralih fungsi menjadi perkampungan dan di tengah-tengah kampung tersebut menjadi sebuah pasar yang khusus menjual burung. Keradaan Pasar Ngasem sendiri juga bisa memberikan info penting tentang apa yang dianggap bergengsi pada masa kerajaan dahulu. 

Pasar Ngasem konon telah ada sejak tahun 1809. Hal tersebut dibuktikan dengan sebuah foto yang menunjukkan Pasar Ngasem dengan barang dagangan utamanya berupa burung. Namun sejak tahun 2010 para penjual burung di Pasar Ngasem berpindah ke Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY). Saat ini area Pasar Ngasem masih digunakan sebagai pasar tradsional yang menjajakan berbaga barang kebutuhan keseharian, namun di sisi timur pasar area ini diubah menjadi sajian kuliner berbagai masakan jawa.

karena lokasinya berada di tengah kota dan mudah dijangkau tak heran jika area ini menjadi tujuan para goweser untuk sebagai pos istirahat dan mengisi perut. Berbagai jenis masakan tradisional disajikan disini, kita bisa memilih selera masakan yang berkuah atau oseng, pedas atau manis, berkuah bersantan atau bening tersaji langsung dari tungku pawon. Sayur lodeh terong, opor ayam, opor tahu, brongkos, sop ayam, soto ayam, bobor mbayung, sambel tumpang, sambel goreng telur, oseng kikil, oseng buncis, oseng daun, mangut lele, telor dadar, pindang srani, tahu, tempe garit, telur balad, mendoan, baceman yang dapat dinikmati dengan nasi putih maupun bubur. Saya pribadi memilih bubur lodeh sebagai menu andalan, lodeh dengan sayuran terong, kacang panjang, daun so dan tahu magel memberikan sensasi ndeso yang otentik, ada bumbu tempe bosok yang memberi rasa halusinasi kampung halaman dan masakan simbah.

Jahe sereh, teh krampul dan wedang secang menjadi menu andalan selain teh dan kopi yang semuanya dapat dinikmati panas atupun dingin. Jika kalian membawa rombongan sampaikan kepada penjualnya, bawa rombongan berapa orang dan duduk dimana. Biasanya kamu akan mendapatkan sayur atau lauk gratis dari penjualnya. Semua masakan jawa yang disajikan akan memanjakan lidahmu. Kalau kebetulan kamu hanya ingin ngemil ada pilihan apem beras, jenang gempol, moto kebo, jadah manten, lemper, wajik, kue cucur dan banyak makanan jajan pasar lainnya. Soal harga makanannya tentu ramah di kantong.

Jika kalian berkunjung dengan sepeda, bawa sepeda kalian masuk area pasar dan parkir di sisi timur, ada pilihan gazebo lesehan dan duduk melingkar dibawah pohon rindang sambil bersenda gurau dan menyapa pengunjung lain. Setelah perut kenyang kalian juga bisa bersepeda menyusuri gang-gang di sekitar yang menarik dan otentik untuk dijelajahi sekaligus bikin konten untuk media sosialmu. 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline