Organisasi Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memprediksi salah satu faktor utama penyebab ekonomi global 2023 mengalami titik gelap, karena adanya resesi keuangan di beberapa negara yang disebabkan oleh tidak stabilnya pasar keuangan. Pun demikian dengan Indonesia.
Banyak kita baca mengenai ancaman resesi di tahun 2023, menakutkan? iya, panik? jangan.
Bayang-bayang PHK dan menurunnya aktivitas ekonomi menjadi persoalan yang nyata, sudah banyak dibahas mengenai cara menyiasati gejolak ini berkaitan dengan investasi finansial dan pengetahuan serta pengelolaan keuangan yang baik. Indonesia pernah menghadapi resesi sebanyak tiga kali yakni pada 1963, 1998, dan 2020/2021. Pemicu dari ketiga kejadian tersebut berbeda dan tentu dampaknya juga berbeda. Lalu bagaimana dengan bayangan resesi tahun 2023?
Aktivitas mobilitas dengan bersepeda menjadi pilihan atas solusi kemacetan di kota besar, waktu tempuh yang lebih cepat untuk menjangkau daerah tujuan menjadi alasan utama dipilihnya moda transportasi ini.
Bersepeda menjadi moda transportasi berbiaya rendah sekaligus ramah lingkungan, dengan bersepeda kita juga tidak pelu mengeluarkan biaya bulanan perawatan kendaraan, tidak perlu mengeluarkan biaya parkir dan tentu tanpa harus berolahraga di pusat kebugaran dengan sendirinya tubuh kita menjadi bugar dengan bersepeda.
Dengan beraktivitas bersepeda baik untuk mobilitas atau berolah raga kita juga berperan dalam menggerakkan ekonomi masyarakat, bisa dibayangkan berapa banyak warung makan, angkringan, cafe yang menjadi tempat water station ketika bersepeda. Belum lagi berapa banyak bengkel sepeda, toko penjual sparepart sepeda yang diuntungkan dari aktivitas bersepeda.
Tentu masih belum hilang dari ingatan kita bagaimana dampak pandemi melanda berbagai negara termasuk Indonesia, banyak industri yang gulung tikar namun industri sepeda adalahs alah satu sektor ekonomi yang justru mengalami peningkatan. Tak tanggung-tanggung penignkatan permintaan sepeda selama pandemi meningkat 1000%, menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiadi yang dikutip dari berita daring.
Tak hanya di Indonesia, peningkatan permintaan sepeda di beberapa negara juga mengalami peningkatan. Di Amerika, sejak Maret-Juni 2020 meningkat 40 persen.
Di Inggris, penggunaan sepeda pribadi meningkat 33 persen. Sementara, penggunaan sepeda sewa (bike sharing) naik 12 persen. Begitu juga di Prancis yang terlihat dari anggaran untuk penyediaan fasilitas parkir sepeda yang meningkat. Semula 20 juta euro menjadi 60 juta euro pada Mei 2020. Penjualan sparepart baru maupun bekas jgua mengalami peningkatan pada saat pandemi, bahkan pada beberapa toko sepeda di Yogyakarta orang rela antri untuk sebuah ban dalam sepeda.
Tren sport tourism dengan mengunjungi tempat wisata sambil bersepeda juga menggerakkan banyak sekor daya dukung wisata. Di Yogyakarta sendiri banyak tour planner dan guide wisata bersepeda yang memberikan layanan berwisata sepeda yang melayani individu maupun berkelompok. Tentu saja ini akan memberikan side effect yang baik bagi industri kreatif pariwisata.