Lihat ke Halaman Asli

Noer Cholik

Mensyukuri nikmat waras

Badai Informasi Cuaca di Ujung Tahun

Diperbarui: 29 Desember 2022   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam mitologi orang jawa bulan Desember dimaknai sebagai "gedhe-gedhene sumber", yang secara harfiah dapat dimaknai bulan datangnya sumber air yang besar dalam hal ini yaitu air hujan. Masayarakat Selo di lereng utara Merapi, menamai musim angin dan hujan deras sebagai musim "brubuhan". Brubuhan dalam perhitungan pranoto mongso masuk pada mongso kapitu dimana musim hujan besar disertai angin kencang dan musim penyakit, diibaratkan wisa kentar ing ing maruta yang dimaknai penyakit datang bersama angin. 

Brubuhan sendiri biasanya berlangsung selama tujuh hari, praktis selama periode tersebut cuaca berkabut tebal aktivitas keseharian berladang dan merumput akan terdampak. Sebagai awam kebutuhan akan prakiraan cuaca sangat membantu dalam aktivitas keseharian, sebagai pesepeda prakiraan cuaca sangat membantu dalam merencanakan kegiatan mobilitas bersepeda sehingga persiapan yang dilakukan lebih baik. Demikian juga dengan pengguna jalan yang bermobilitas dengan kendaraan informasi cuaca sangat membantu dalam mengatur dan menyiapkan rencana perjalanan. 

Nelayan tentu juga membutuhkan informasi cuaca terkini dan prakiraan cuaca kedepan serta informasi gelombang tinggi menjadi kebutuhan informasi sebelum berlayar. Demikian juga dengan pegiat pariwisata akan terbantu dengan informasi prakiraan cuaca di daerah tujuan wisata sehingga kemungkinan terburuk dari dampak cuaca dapat diminimalisir. 

Demikian beberapa gambaran pentingnya kebutuhan cuaca saat ini, bahkan saking tinggi tingkat kepercayaan publik terhadap keakuratan cuaca maka jika suatu pagi mendung dan tiba-tiba merusak mood-mu, maka yang salah bukan mendung tapi salah perasaanmu. Sebagai end user dari informasi prakiraan cuaca masyarakat awam tentu membutuhkan informasi yang jelas sumbernya, cepat dan memiliki tingkat akurasi tinggi. Teknologi tentu dihadirkan untuk mendukung agar kinerja para pihak yang memiliki wewenang dalam melayani informasi cuaca dapat bekerja optimal dalam memberikan informasi peringatan dini. 

Derasnya arus informasi berkaitan cuaca di ujung tahun ini menjadi trending topic di platform twitter, bahkan muncul banyak meme yang mengangkat tema prediksi cuaca dari dua lembaga pemerintah. Tentu hal ini baik dimana tingkat awareness warganet akan potensi ancaman bencana menjadi banyak dibicarakan, namun menjadi hal mengkhawatirkan jika muncul dualisme informasi peringatan dini. 

Merunut pada undang-undang nomor 31 tahun 2009 tentang meteorologi, klimatologi dan geofisika dimana aturan, alur dan mekanisme mengenai hal tersebut sudah diatur sangat jelas serta bertujuan sebagai langkah mitigasi dan melindungi keselamatan jiwa warga masyarakat. 

Peringatan dini sebagai salah satu instrumen untuk mendukung hal tersebut dapat diklaim berhasil jika memenuhi persyaratan berikut: pengetahuan risiko,  pemantauan sumber ancaman, penyebarluasan informasi dan komunikasi serta kemampuan merespon. (Sumber: Platform Pengenalan Peringatan Dini dari PBB/ISDR). Jika salah satu dari keempat hal tersebut tidak dipenuhi maka peringatan dini tidak berfungsi dalam mitigasi bencana. 

Pilihan diksi dalam informasi peringatan dini juga menjadi hal penting dalam membahasakan potensi bencana agar tidak menjadikan missleading information bagi obyek penerima informasi yaitu warga masyarakat tanpa mengurangi esensi dari pesan risiko bencana yang disampaikan. Kita tentu masih ingat bagaimana siklon tropis cempaka memporak-porandakan sebagian besar wilayah Yogyakarta dipenghujung tahun 2017. Pembelajaran penting dari kejadian tersebut adalah lemahnya peringatan dini terkait cuaca ekstrim terutama pada pengenalan risiko, analisis wilayah terdampak dan penyampaian informasi langkah mitigasi yang harus dilakukan masyarakat. 

Kita tentu berharap cuaca yang bersahabat dipenghujung tahun tapi kadang kita lupa bersahabat dengan potensi bencana disekitar kita. Sebagai langkah sederhana tentunya kita dapat menyaring informasi potensi ancaman bencana sebelum meneruskannya melalui WhatsApp Group Keluarga. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline