Surup-surup istri terkekek-kekek, tertawa di rumah. Ternyata ia sedang memperhatikan gambar postingan temen di FB. Ada beberapa gambar yang membuat saya juga ikut terpingkal-pingkal. Akhirnya kami tertawa bersama. Saat sedang asik tertawa, muncullah gagasan untuk menulis tentang "Memahami Peserta Latih Gagal Paham".
Beberapa waktu lalu saya mengikuti Training of Trainer Pendidikan Wajib (TOT PW) untuk anggota CU di Surabaya yang diselenggarakan oleh Puskopdit BKCU Kalimantan. Pesertanya para pengurus dan pengawas Credit Union Anggota BKCU Kalimantan yang berada di DO Barat. Pada hari terakhir ada training dengan topik ERT.
Kami sebagai peserta sudah biasa menyusun barang itu, bukan barang baru. Tapi karena diminta pelatih, kami lakukan juga dg senang hati. Kami masing-masing mencatat seluruh pendapatan yg diterima, baik yang tetap maupun yang sifatnya tambahan. Setelah itu kami pun diminta juga untuk mencatat semua pengeluaran. Baru di hitung berapa sisanya. Beberapa peserta share ada yang saldonya plus, tapi ternyata ada juga yang minus. Saya salah satu peserta yg mendapat kesempatan share.
Setelah share, saya bertanya kepada pelatih karena tidak paham. Saya bilang: "Pak, saldo akhir saya plus. Tapi saya heran, ke mana uangnya, kog tidak ada tabungan?" Pelatih balik bertanya karena beliau juga tidak paham. "Yang hitung bapa, yang punya uang bapa, yang dapat plus juga bapa. Tapi tanya sama saya ke mana uangnya? Coba tanya istri mudanya bapa, sudah terima uangnya belum".
Peserta lain share yg saldonya minus. Bapa ini dari Yogyakarta. Beliau share sebagai guru yang istrinya punya Warung. Setelah diitung-itung dg cermat, setiap bulan selalu minus. Tapi heran, kog sampai sekarang masih berjalan ekonomi rumah tangganya. Bagaimana Pak Pelatih? Lalu Pak pelatih bilang "Itu kerja Tuhan setiap bulan. Menambah dan menutup lubang-lubang yang menganga!!!"
Ya, benar terkadang terjadi peserta pelatihan tidak memahami apa yang disampaikan pelatih. Tapi jika ketidakpahaman itu ditanyakan tidak akan menimbulkan kesalahpahaman bahkan ketersinggungan. Apalagi sakit hati. Mengapa peserta pelatihan bisa gagal paham?
Menurut saya pertama karena belum cukup umur, sehingga tidak nyambung; kedua karena tidak konsentrasi, tidak fokus; ketiga bisa jadi memang menganggap sepele baik materi pun pelatihnya; keempat sibuk dengan perasaannya sendiri; kelima sibuk dg handphonenya dan beberapa sebab lain yg bisa saja terjadi.
Menariknya ketika peserta sedang gagal paham asal ditanyakan, setiap pelatih akan memberikan penjelasan secukupnya. Dan syukur setiap pelatihan tidak selalu diakhiri dengan ulangan. Apabila di akhir sesi pelatihan ada ujian, bagi mereka yang gagal paham, pastinya dapat nilai jemblok alias nol besar. Tidak lulus.
Jika mengetahui bahwa peserta pelatihan gagal paham, saya merasa yakin para pelatih akan merasa prihatin. Bisa saja sedih pun bisa saja jengkel. Memahami situasi peserta dengan segala situasinya jauh lebih berarti daripada hanya sekedar berpikir negatif tentang peserta pelatihan. Pelatih bisa berkata dalam hatinya, mudah-mudahkan Roh Kudus menerangi hati, budi dan pikirannya. Supaya di hari-harinya diwarnai juga dipenuhi dg ketenteraman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H