Saya dilahirkan di Kota Semarang, Jawa Tengah. Namun demikian, saya dibesarkan di Kota Pek Empek, Palembang, meskipun dipinggiran. Sebagai orang Jawa, dalam hati saya ada kerinduan untuk tahu hal-hal lebih jauh tentang Orang Jawa. Apakah tradisi, budaya dan lain sebagainnya. Karena hal-hal itu memang saya dapat dari lingkungan keluarga, namun tidak sedalam jika saya tinggal di Pulau Jawa. Maksud saya bahwa sebenarnya banyak hal-hal lain yang mana ketika berada dan hidup diluar Pulau Jawa terkesan kurang kental.
Nah, ketika saya berada di Tanah Jawa, beberapa hal yang mungkin tidak pernah saya dapatkan, kini saya dapat, yaitu Spiritualitas Orang Jawa. Uskup Purwokerto, Mgr. Sunarko mengurai hal itu. Sejauh saya tangkap intisari nya demikian. Seorang Jawa memiliki ajaran-ajaran luhur seperti "Manunggaling kawulo Gusti". Dalam praktek hidup sehari-hari, manunggaling kawulo kalian Gusti itu diterapkan dalam hidup pasrah, berserah karena percaya sepenuhnya. Dalam prakteknya hal itu dihayati dengan "Triroso".
Pertama, Pono roso. Pono roso maksudnya seorang Jawa mengerti, tahu, memahami dengan baik apa yang sedang ia rasakan. Begitu banyak macam rasa. Karena itu tahu membeda-bedakan dan menentukan rasa apa yang ia rasakan.
Kedua, bowo roso. (bawa). Setelah mengetahui rasa apa yang sedang dirasakannya, membawanya. Membawa rasa perasaan yang dirasakan kepada Sang Pemilik Kehidupan.
Ketiga, Sembah roso. Ini langkah ketiga, yaitu setelah mengetahui apa yang dirasakan, membawannya kehadirat Tuhan dan mempersembahkan apa yang dirasa dan dibawanya.
Dengan terus-menerus melakukan tiga hal ini dalam kehidupan, seorang Jawab perlahan namun pasti akan mengalami kedamaian hidup yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak apapun. Selamat mencoba dan merasakan apa yang saya sampaikan: KEDAMAIAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H