Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com
Dunia bersenandung mesra dengan gejolak amarah
Yang merasa manusia tampil memaksa supaya menyerah Memerkosa, membunuh, memfitnah menjadi sebuah risalah Para hati sudah bermahkota dengan deru perang nan penuh sesah Erangan laksana madah membentang sangat parah Dalam sanubari para kaum susah tertambat luka amat parah Berkabung dalam waktu sepanjang aliran darah Para lemah ada dalam pelukan para pemuja amarah Rontaan bayi,wanita hamil memelas, manula lemah Tak menyentuh para pemaksa untuk menyerah Sebab mereka hanya mau bermahkotakan pongah Mereka cipta salah jadi berkah dan marah seolah perintah Seruan nada indah, rintihan hamba lemah sedikitpun tak menggugah Sebab singasana hati sudah berhiaskan sumpah serapah Lontaran kilat api adalah musik terindah nan menggugah Hamburan panah besi dan serpih laksana sajak-sajak indah Adakah dunia bersedih dengan madah nada susah ? Tak taulah sebab dunia ternyata suka dengan remah-remah Yang lemah, yang susah, yang menang, yang menyerah
Semua akan terhampar ditanah dalam alunan musik nada pasrah