Lihat ke Halaman Asli

Dokter "Aspal" dan Evidence Based Medicine

Diperbarui: 12 Juli 2015   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - suplemen (Shutterstock)

Apakah anda tahu dr. Oz? Ya, dokter Oz yang terkenal itu dengan TV show-nya tentang kesehatan dan tips-tipsnya, dr Oz show. Penonton acara dr Oz sangat banyak, termasuk buku yang ditulisnya selalu jadi bestseller. Si dokter telah berubah menjadi pesohor yang superkaya dan majalah times pada tahun 2008 menobatkannya jadi salah satu orang berpengaruh di dunia. Di Indonesia sendiri acaranya pun diduplikasi oleh salah satu TV swasta kita dengan judul yang hampir sama, bedanya, di sini hostnya adalah dokter Indonesia.

Dr. Mehmet Oz sendiri adalah seorang dokter bedah thoraks dan kardiovaskular dari Columbia University di Amerika. Tapi saya tidak ingin berpanjang-panjang bercerita tentang kisah sukses beliau. Bagian yang justeru  menarik bagi saya adalah peristiwa yang terjadi sekitar bulan April tahun ini. Saat itu ada sekitar 10 orang dokter di Amerika yang mengeluarkan semacam petisi kepada Columbia University untuk mencabut keanggotaan dokter Oz dari departemen bedah thoraks dan kardiovaskuler universitas itu. Dokter Oz melalui acara-acaranya dianggap mempromosikan pengobatan dan produk yang tidak punya dasar ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan atau tidak punya Evidence Based Medicine (EBM).

Protes itu utamanya memuncak saat dr. Oz dalam sebuah acara TV nya memberikan komentar yang dianggap terlalu berlebihan dan melecehkan sains saat menyebut sebuah produk suplemen yang dibuat dari ekstrak kopi sebagai sebuah formula ajaib untuk menurunkan berat badan. Alhasil penjualan produk itu pun meroket dengan tajam, padahal efek dari suplemen itu ternyata belum terbukti. Belum ada penelitian klinis yang dibuat terhadap suplemen ini.

Saking pentingnya persoalan ini, dr. Oz pun diundang dalam sebuah rapat dengar pendapat oleh Senat America. Dia dianggap menyebarkan isu yang bisa membahayakan publik.  Dengan pernyataan seperti itu dari seorang ahli, publik akan cenderung mencari jalan pintas yang dianggap mudah terhadap masalah kesehatan yang dialaminya. Dan Juni tahun ini juga, Asosiasi Dokter Amerika (American Doctor Association/AMA) juga angkat bicara dan menyorot dokter Oz, dokter Oz dianggap telah melakukan tindakan pelanggaran integritas profesi sebagai seorang dokter dengan tindakannya tersebut.

Evidence Based Medicine

Nah inti dari protes keras yang dilancarkan oleh para dokter, anggota senat dan juga asosiasi dokter Amerika diatas bermuara pada satu istilah, Evidence Based Medicine. Dr Oz dianggap mempromosikan pseudoscience bagi publik. Itu dianggap bertentangan dengan dasar ilmu kedokteran modern yang diajarkan di fakultas-fakultas kedokteran dan juga dipraktekkan di Amerika. Lalu apa sebenarnya EBM itu?

Evidence Based Medicine atau bisa diartikan sebagai kedokteran berbasis bukti, pertama kali diperkenalkan oleh dokter Archie Cochcrane dari Cardiff University pada tahun 1972. Lalu kemudian terbentuk kolaborasi antara Cardiff, Duke University di Amerika dan McMaster University di Canada untuk mempromosikan konsep ini pada sekitar tahun 1980-an. Dan hingga kini konsep EBM bisa dikatakan telah menjadi “core” dari pembelajaran dan juga aktifitas kedokteran modern di seluruh dunia. Nama penggagas konsep ini kemudian dijadikan nama data base dari sebuah website yang dibuat di Oxford university, Cochcrane Collaboration Database, untuk mengumpulkan dan melakukan review sistematis terhadap seluruh hasil-hasil penelitian uji klinis yang pernah dilakukan.

Definisi EBM, disini saya mengambilnya dari National Institute of Health (NIH), “ EBM is the process of systematically reviewing, appraising and using clinical research to aid the delivery of optimum clinical care to patient”. Kata kunci dari istilah ini ada pada clinical research. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa EBM adalah sebuah upaya melakukan penilaian sistematis terhadap hasil-hasil penelitian uji klinis yang kemudian digunakan untuk memberikan terapi terbaik bagi pasien.

Konsep EBM ini pada awal-awal kelahirannya pun tidaklah mudah, dalam memoar dokter Cochcrane, konsep ini awalnya disambut dengan kurang ramah, terutama dari para dokter senior yang lebih mengedepankan pengalaman puluhan tahun mereka sebagai dasar pemberian terapi. Namun perlahan-perlahan akhirnya konsep ini akhirnya bisa diterima. Mengapa? Ya, karena ilmu pengetahuan yang lahir dari penelitian-penelitian  kedokteran berkembang dengan sangat cepat.

Mari ambil satu contoh, penggunaan salah satu obat yang disebut kortikosteroid untuk mematangkan jaringan paru pada bayi kurang bulan. Sederhananya seperti ini, pada bayi yang lahir prematur maka paru-parunya belum cukup bisa digunakan bernafas secara normal. Bayi yang paru-parunya belum matang itu kemudian akan mengalami sesak dan jika tidak mendapatkan penanganan intensif yang memadai, maka sangat berbahaya dan bisa segera berujung pada kematian. Nah penelitian uji klinis tentang kortikosteroid untuk pematangan paru ini sebenarnya telah ada sejak 1972,  lalu ada 6 lagi penelitian uji klinis yang dipublikasikan antara tahun 1972 sampai 1989.Pada tahun 1989, ada review systematis pertama atas penelitian-penelitian tersebut. Dan pada sekitar tahun 1989 hingga 1991 ada lagi sekitar 7 studi yang mendukung pemberian obat ini untuk mematangkan fungsi pematangan paru bayi premature.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline