Lihat ke Halaman Asli

Saatnya Presiden dari Kaum Muda, Mungkinkah?

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dengan semakin dekatnya pemilihan presiden 2014, perlu tampilnya kaum muda untuk memimpin yang dilatarbelakangi oleh situasi politik di seputar pemilu di era modern yang senantiasa berlangsung dalam jiwa zaman baru, di mana di dalamnya selalu ada aneka perubahan radikal dan transformasi besar dan memengaruhi iklim politik. Hasil survei calon presiden belakangan ini yang menyatakan politik 2014 masih didominasi wajah lama seolah membenarkan bahwa dunia politik Indonesia tidak mengenal regenerasi.

Sebetulnya ada banyak politisi muda yang kini namanya sedang bersinar berpotensi memimpin bangsa ke depan. Sejak Pemilihan Presiden 2009, di mana Susilo Bambang Yudhoyono terpilih kembali sebagai presiden untuk kedua kalinya, pembicaraan tentang perlunya Indonesia dipimpin oleh tokoh muda mulai muncul ke permukaan. Namun, pembicaraan tentang tokoh muda itu semakin lirih seiring dengan munculnya kesadaran bahwa tidak, atau lebih tepat dikatakan belum, adanya tokoh muda yang dapat diajukan.

Pembicaraan tentang perlunya tokoh muda untuk memimpin Indonesia itu mulai ramai kembali pada 9 April 2012 ketika Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Taufiq Kiemas mengemukakan, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri sudah uzur sehingga tidak perlu maju dalam Pemilihan Presiden 2014. Dengan demikian, peluang tokoh muda untuk muncul sebagai pemimpin alternatif sangat terbuka lebar.

Karena itu, sudah saatnya pemimpin muda bersaing di pentas kepemimpinan nasional, bahkan menjadi pemenang pada Pilpres 2014. Pemilu 2014 bisa diambil sebagai kesempatan emas bagi para pemimpin muda untuk menduduki tampuk kepemimpinan nasional. Pengamat politik dari Indo Barometer M Qodari menilai animo publik terhadap pemimpin muda masih terbentur pada realitas politik. Menurut dia, realitas politiknya selalu didominasi tokoh-tokoh senior. Menurut beberapa survey menyebutkan tokoh muda yang pantas jadi presiden seperti Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem Hary Tanoesoedibjo, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, dan Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani.

Sebelumnya, Gerakan Muda Hati Nurani Rakyat (Gema Hanura) merekomendasikan Hary Tanoesoedibjo, Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem,  untuk mendampingi Wiranto sebagai pasangan capres dan cawapres pada Pemilu 2014. Partai Nasdem sangat menghargai dan menghormati aspirasi yang berkembang di Hanura. Walau sudah didengungkan sebagai calon potensial wakil presiden yang bakal dibidik Partai Hanura, Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem Hary Tanoesoedibjo belum tentu bersedia menjajal posisi itu di Pemilihan Presiden 2014 mendatang.

Menurut CEO MNC Group sekaligus Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem Hary Tanoesoedibjo mengatakan saat ini Indonesia sangat membutuhkan pemimpin yang kuat dan tegas terlebih belakangan ini kondisi bangsa Indonesia sedang dihadapkan dengan berbagai macam persoalan. Selain kuat dan tegas, pemimpin yang dibutuhkan saat ini juga harus memiliki ketulusan untuk membangun Indonesia. Lebih dari itu, para pemimpin muda dituntut mampu menunjukkan integritas, kapasitas, sekaligus rekam jejak mereka. Artinya harus ada prestasi dan kiprah yang menunjukkan bahwa pemuda itu mampu.

Jadi sangat terbuka lebar pintu bagi para pemimpin muda untuk bersaing di pentas atas politik nasional. Lagi pula, dalam memimpin parpol saja kaum muda jarang sekali diberi kesempatan untuk memimpin. Jika dicermati, Republik ini pun didirikan oleh para tokoh yang sebagian besar relatif masih muda usia. Bung Karno diangkat menjadi presiden pada usia 46 tahun. Bung Hatta diangkat menjadi wakil presiden saat masih berusia 43 tahun. Pak Harto juga menjadi presiden berusia 44 tahun.

Maka selayaknyalah kita harus mengingatkan kaum tua agar jangan sampai menagulangi perbuatan buruknya. Bila tidak, maka kita sebagai kaum muda harus melakukan revolusi dengan cara mengambil kepemimpinan masa depan lewat nmekanisme konstitusi yang sudah diatur. Namun tentunya kaum muda perlu kembali mengukur kemampuannya. Apakah sanggup nantinya melahirkan perubahan,. Atau malah larut dengan situasi yang ada sehingga bukannya perubahan yang lahir namun kondisi negara yang makin parah. Tentunya itu tidak kita inginkan. Ayo bangkit kaum muda.

========================================================================

Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline