Membakar mungkin menjadi jalan keluar termudah ketika terdapat sampah daun. Sebagian orang mungkin beranggapan, bila ada sampah daun yang berserakan, membakar adalah solusi tercepatnya.
Sampah daun memang saban hari kita jumpai. Kalau hanya sedikit, sampah daun bisa saja diabaikan. Namun, berbeda bila jumlahnya banyak, melimpah, bahkan tersebar di mana-mana.
Kondisi yang demikian tentu sangat mengganggu pemandangan, lebih-lebih bila kita jumpai di tengah kota.
Pastinya, setiap waktu, ada saja petugas pembersih sampah yang datang, menyapu atau memungutinya, lalu membuang atau membakarnya. Sungguh sebuah kenyataan yang tidak terhindarkan.
Di sepanjang perjalanan menuju tempat kerja, kita mungkin sering melihat beberapa orang yang sedang kerja bakti membersihkan sampah, termasuk sampah daun yang bersumber dari ranting atau batang pohon yang dipangkas.
Timbulan sampah daun itu kemudian diangkut, dibuang dalam tumpukan bercampur dengan sampah plastik dan yang lain. Lantas, lagi dan lagi, biasanya dibakar.
Sadarkah kita bahwa membakar sampah daun adalah tindakah yang salah dan tidak baik bagi lingkungan?
Menurut keterangan dari Taste of Home yang saya peroleh dari berita Kompas edisi Rabu (3/2/2021), membakar sampah daun memiliki beberapa risiko yang tidak baik.
Risiko tersebut di antaranya berpotensi menjadi polutan yang mengganggu pernafasan hingga risiko yang paling besar menyebabkan kebakaran dan kecelakaan.
Ternyata, hasil pembakaran sampah daun menghasilkan partikulat yang apabila terhirup dan masuk dalam sistem pernafasan akan menyebabkan nafas terganggu.