Lihat ke Halaman Asli

Joko Ade Nursiyono

TERVERIFIKASI

Penulis 34 Buku

Restorasi Gambut bagi Kesehatan Ekologi

Diperbarui: 19 Juli 2017   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peta Luas Lahan Gambut Indonesia, sumber: pantaugambut.id

Sebagai negara yang beriklim tropis, Indonesia memiliki potensi alam yang beragam. Salah satu potensi alam itu adalah lahan gambut. Luas lahan gambut di Indonesia saat ini mencapai 14,9 juta ha atau sekitar 50 persen lebih dari luasan hutan secara nasional.

Lahan gambut tak ubahnya mendukung kanopi udara nasional. Ia berperan penting untuk menyimpan cadangan carbon dunia hingga sepertiganya. Tak hanya itu, lahan gambut Indonesia yang begitu luas memiliki daya serap hingga 75 persen karbon di dunia. Besaran karbon yang disimpan pun sekitar 22,5 sampai 43,5 gigaton. Apabila karbon tersebut diemisi ke udara, tingkatannya setara dengan 17 sampai 33 emisi mobil pribadi dalam setahun.

Selain itu, gambut juga berperan penting sebagai habitat hewan perairan, beberapa di antaranya ikan, udang dan kepiting. Peran ini didukung oleh kekuatan gambut yang mempunyai kemampuan menyimpan air hingga 13 kali dari bobotnya sendiri.  Hal ini sekaligus memberikan efek positif menanggulangi banjir ketika musim hujan relatif lama.

Kendati demikian, peran dan fungsi gambut di Indonesia utamanya masih belum baik. Aktivitas manusia menjadikan lahan gambut semakin tergerus dan berakibat pada penyusutan. Pun dari aspek kualitasnya juga menurun.

Maraknya kegiatan alih fungsi lahan menjadi penyebab pokok rusaknya lahan gambut di Indonesia. Pada proses alih fungsi lahan, lahan gambut perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk mengubahnya menjadi lahan baru, sebagai kebun misalnya.

Saat kondisi kering, lahan gambut melakukan pelepasan karbon dioksida (CO2) dalam kadar yang tinggi. Selama proses ini berlangsung, lahan gambut sangat mudah terbakar sehingga menyebabkan timbulan api dan asap di beberapa titik.

Kita ketahui bahwa pada tahun 2015, aktivitas alih fungsi lahan menyebabkan sekitar 2 juta ha lahan gambut hangus terbakar. Luasan itu ditengarai di atas 50 persennya.

Dampak dari kebakaran tersebut juga tak dapat disepelekan. Sedikitnya 120.000 penduduk terserang infeksi saluran pernapasan (ISPA) akibat asap kebakaran lahan. Asap yang diproduksi saat itu bahkan memengaruhi iklim global. Tak sedikit aktivitas pendidikan yang terganggu asap sehingga harus dihentikan. Juga, lapangan usaha transportasi udara lumpuh karena kepulan asap gambut yang begitu tebal. Gas Rumah Kaca (GRK) dari kebakaran besar saat itu diperkirakan sama dengan GRK negara Amerika Serikat yang tergolong parah dan bahaya bagi kesehatan. Kebakaran lahan gambut pun menjadi bencana nasional. Banyak fauna mati karena asap. Bila dikalkulasi, kerugian Indonesia selama kejadian kebakaran lahan gambut mencapai Rp. 220 triliun. Sungguh kerugian yang fantastis bukan?

Asap kebakaran lahan gambut nampak jelas berdampak buruk bagi kesehatan. Ketika kita semestinya bisa bernapas dengan udara sehat, malah dengan asap yang mengandung partikel-partikel padat di dalamnya. Ketika kita mau melihat lingkungan sekitar, asap mengurangi jarak pandang kita bahkan menghalangi penglihatan. Demikian halnya dengan ekosistem alam. Awalnya berjalan normal, tetapi setelah terpapar asap justru mematikan biota yang ada. Semua mati dan memutus harapan. Fungsi gambut sebagai penyimpan cadangan air menjadi hilang akibat segelintir penjahat lingkungan.

Fenomena 2015 begitu 'menggelitik' hati dan pikiran kita. Dampaknya yang begitu besar menjadikan urgensi bagi kita untuk sesegera mungkin melakukan rehabilitasi dan revitalisasi terhadap lahan gambut nasional, salah satunya melalui restorasi gambut.

Restorasi dalam pengertiannya merupakan proses panjang dalam upaya mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak dari menyusutnya lahan gambut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline