Ada Apa dengan Bumi?
Apa apa dengan Bumi?. Semakin banyak kerusakan, kemiskinan dimana-mana, masalah sosial tiada habisnya. Pendidikan tak berkualitas. Kesejahteraan masyarakat menurun. Kelangkaan pangan. Krisis moral dan spiritual. Lesunya perekonomian. Udara kehilangan kandungan oksigennya. Air kehilangan jernihnya. Tanah kehilangan unsur haranya. Sampah menumpuk kehilangan tempat penampungannya. Radiasi kehilangan filternya. Es mencair kehilangan suhu dinginnya. Dan masih banyak lagi masalah yang ada bila dikuliti satu per satu.
Dari sekian masalah yang diderita oleh bumi, bila diusut ternyata biangnya adalah soal demografi. Demografi adalah soal manusia, meliputi strukturnya, perkembangannya hingga tatanannya. Demografi menceritakan kondisi populasi manusia dan segala aktivitasnya di muka bumi. Demografi mengambil peran mengenai perilaku dan pola kehidupan manusia sebagai pengelola alam, sehingga baik atau buruknya manusia, akan tertuang dalam kompleksitas demografi.
Ada apa dengan bumi sejatinya dapat digambarkan dengan ada apa dengan manusia. Populasi manusia semakin meningkat. Bumi semakin sempit hingga daratan kelak terancam punah oleh rumah-rumah yang membagi habis daratan. Bumi sesak karena jumlah persediaan oksigen tak mampu mencukupi kebutuhan manusia. Bila dipikir memang logis. Coba kita amati grafik berikut.
Pada tahun 1000-an, jumlah populasi penduduk di seluruh dunia masih sekitar 250 juta jiwa. Kemudian naik menyentuh angka 7 miliar jiwa pada tahun 2012. Hingga akhir 2015, jumlah populasi penduduk telah mencapai 7,3 miliar jiwa. Menariknya, sekitar 4 miliarnya adalah populasi penduduk Benua Asia. Konsekuensinya, bumi semakin padat, padat dengan penduduk. Kondisi ini justru membahayakan sebab daratan bumi tidak dapat bertambah untuk menampung populasi itu, sedangkan populasi penduduk terus bertambah.
Dampak dari pertumbuhan populasi penduduk itu sangat terasa. Seperti berbagai fenomena yang terjelaskan di awal, setidaknya ada lima dampak besar yang terangkum sebagai dampak meningkatnya populasi penduduk di bumi, yaitu kerusakan lingkungan, kelangkaan sumber daya, kerawanan pangan, kemiskinan dan yang terakhir yaitu timbulnya konflik sosial.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk yang besar ini mengindikasikan melimpahnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh Indonesia. Jumlah penduduk yang besar juga berpotensi menciptakan SDM yang andal sebagai bekal mengelola Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia yang melimpah. Lantas, apakah benar demikian? Coba kita cermati grafik berikut.
Jumlah penduduk Indonesia nampaknya terus meningkat sepanjang tahun 2005 hingga 2014. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015), laju pertumbuhan penduduk Indonesia berkisar antara 1 – 2 persen per tahun. Relevansinya dengan kondisi penduduk dunia adalah luas daratan di Indonesia adalah tetap, tetapi jumlah penduduk terus bertambah sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan, ekonomi dan sosial. Buktinya? Coba kita kaitkan dengan kondisi luas wilayah menurut pulau dan distribusi penduduk Indonesia tahun 2014.
Ada yang aneh? Tentu. Terlihat bahwa berdasarkan luas, Pulau di Indonesia dengan wilayah terluas adalah Maluku dan Papua, termasuk Papua Barat. Tetapi, persentase penduduk yang menempatinya secara nasional hanya sekitar 3 persen. Sebaliknya, Pulau Jawa yang notabene mempunyai luas sekitar 19 persen harus ‘rela’ dan ‘berkorban’ menampung sekitar 57 persen dari total penduduk Indonesia. Kondisi ini secara konkret diperlihatkan oleh timpangnya kepadatan penduduk per kilometer persegi di tiap daerah.
Secara nasional, kepadatan penduduk per luas wilayah hingga tahun 2014 saja, wilayah DKI Jakarta menduduki posisi tertinggi, yakni sebesar 12.173 jiwa per km persegi. Artinya, setiap 1 kilometer persegi, wilayah DKI Jakarta dihuni setidaknya sebanyak 12.173 jiwa. Data dari Kementerian Dalam Negeri tahun 2015 menyebutkan bahwa luas DKI Jakarta adalah 664,01 km persegi dengan jumlah penduduk sebesar 9.992.842 jiwa. Bila idealnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebanyak 30 persen dari luas, maka luas Ruang Terbangun (RT) adalah 199,203 km persegi.