Postingan teman saya, sumber : facebook/25/11/2015
Pagi ini, masih dalam suasana Hari Guru Nasional, 25 November 2015, setelah saya memposting sebuah status di media sosial, saya tertegun membaca postingan salah satu teman saya yang masih seprovinsi. Di tengah situasi politik nasional yang terfokus pada masalah lawakan tersangka papa minta pulsa dan MKD yang mengundur-undur proses persidangan pak bosnya, teman saya justru memposting mengenai kejadian beberapa hari yang lalu. Maluku Utara tergoncang gempa bumi yang sangat hebat.
Di tengah sorotan media yang hanya berpihak pada wilayah yang menjadi indikator Indonesia, yakni kepanasan dan multiproblemnya Jakarta, kini media menutup matanya sebelah dan dinilai telah menganggap remeh kejadian gempa di Maluku Utara. Betapa tidak, dalam waktu 16 jam, di Maluku Utara terjadi gempa bumi berkekuatan rata-rata 4,6 SR sebanyak 130 kali. Kejadian tersebut dipandang sebagai bencana terburuk di Maluku Utara. Tidak hanya ribuan rumah yang rusak total, terutama yang dialami di Kabupaten Halmahera Barat, bahkan kantor DPRD-nya pun mengalami kerusakan. Tak hanya itu, beberapa sekolah di Halmahera Barat juga mengalami kerusakan yang parah. Gempa yang melanda Halmahera Barat juga dirasakan oleh masyarakat Ternate. Kejadian tersebut berdampak pada lumpuhnya aktivitas perekonomian di Maluku Utara.
Menurut BMKG Ternate, gempa sebanyak dan sebesar itu masih terbilang wajar. Gempa yang melanda Halmahera Barat dan Ternate kemarin merupakan jenis gempa Swarm (gerumbulan gempa) yang tidak berpotensi menimbulkan Tsunami. Meski demikian, pemerintah Halmahera Barat dan Ternate tetap melakukan proses penyiapan area pengungsian dan bantuan logistik untuk para korban gempa.
Nah lho...kejadian semacam ini ternyata sama sekali tidak mendapat perhatian dari media. mungkin memang benar pendapat teman saya yang mengatakan bahwa terdapat ketimpangan serius mengenai pemberitaan nasional. Mentang-mentang jauh dari Jakarta yang merupakan pusat administrasi dan pemerintahan yang kali ini selalu ribut dan membuat negara ini ribut, malah melalaikan wilayah lain yang merupakan daerah marjinal dan perbatasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H