Lihat ke Halaman Asli

Joko Ade Nursiyono

TERVERIFIKASI

Penulis 34 Buku

Dolly Resmi Tutup, Prestasi Manusia Sejati

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1403140124488511695

Rabu, tanggal 18 Juni 2014, adalah hari yang paling bersejarah bagi masyarakat Surabaya. Hari di mana ribuan wanita kupu-kupu malam bersama dengan pemda Surabaya bersatu untuk mendeklarasikan penutupan lokalisasi Dolly. Sebuah tempat lokalisasi yang terbesar di Asia Tenggara.

Penutupan lokalisasi tersebut sebenarnya sudah dicanangkan sejak 61 tahun yang lalu, tetapi rabu kemarinlah klimaksnya. Berkat kegigihan sang wanita pemimpin kota Surabaya, lokalisasi tersebut dapat ditutup tanpa kerusuhan yang besar. Meskipun demikian, dalam prosesnya hingga resminya penutupan Dolly kemarin, banyak terjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat sendiri. Mereka yang kontra dengan penutupan Dolly berdalih dengan alasan kemanusiaan atau HAM. Sementara yang pro penutupan Dolly sangat berpatokan pada HAM terutama aspek psikis dan agama.

Penutupan Dolly kali ini dapat dipandang berhasil meskipun dengan negosiasi yang sangat alot antara pemkot Surabaya dan para Dollyers. Demi melancarkan proses penutupan, pemerintah Surabaya pun menjamin Dolliers dengan pemberian santunan tunai 5 juta per orang. Selain itu, Dolliers dibekali dengan skill pekerjaan yang layak dan mudah untuk menyambung ekonomi mereka, daripada menjual "anu"nya. Ada yang dijadikan aparat keamanan, usaha rumahan dan lain-lain. Meskipun ada saja Dollyers yang tidak terima dengan sekedar 5 juta tersebut lantaran tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Sungguh ironis hakikatnya.

Dampak Multiplier Penutupan Dolly

Tentulah sebuah kebijakan, apalagi yang bersifat ekstrim dan membahana tersebut sangat memberikan dampak besar ke depannya. Dari ratusan wisma yang ada di Dolly, pada tahun 2013 saja terdapat sekitar 1.400 orang PSK, meskipun di tahun 2014 ini sedikit turun menjadi sekitar 1.022 orang PSK. Akankah penutupan Dolly berdampak positif ? atau malah berdampak negatif?

Dari sisi positif, penutupan Dolly adalah salah satu bentuk aksi nyata dan penuh keprihatinan masyarakat terhadap lokalisasi tersebut lantaran sangat berpengaruh negatif terhadap generasi muda (anak-anak) area sekitar Dolly. Ke depannya, Dolly bisa dialihfungsikan oleh pemerintah sebagai tempat mall, pasar, atau bahkan bisa saja sebagai kawasan pondok pesantren Surabaya (sebuah harapan).

Namun, jika ditinjau sisi negatifnya. Penutupan Dolly bisa saja memunculkan tempat-tempat lokalisasi yang baru atau beralihnya para PSK ke tempat remang-remang di daerah yang lain, bisa saja beralih ke luar Jawa yang belum terjamah oleh pemerintah, atau malah dalam bentuk terselubung di suatu tempat yang lain. Oleh karenanya, kontrol sosial masyarakat dan pemerintah Surabaya sangatlah dibutuhkan untuk meminimalisasi virus sosial yang meresahkan ini.

Jangan sampai dengan menutup satu pusat lokalisasi, justru dampak selanjutnya adalah terbentuknya pusat-pusat lokalisasi yang lain.

Ucapan terima kasih dan antusias serta penghargaan yang setinggi-tingginya bagi walikota Surabaya, karena tanpa sosok wanita hebat dan segigih beliau, perjuangan 61 tahun lamanya pun, penutupan Dolly yang mencoreng nama bangsa Indonesia tidak akan terealisasi dengan aman dan lancar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline