Lihat ke Halaman Asli

Joko Ade Nursiyono

TERVERIFIKASI

Penulis 34 Buku

Adab Menolak Undangan Orang Lain

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Realita kehidupan tidak sama persis dengan kehidupan yang ideal, banyak orang mengatakan "kehidupan ini tidak seindah perkataan pak Mario Teguh." Pernyataan seperti ini sering saya, atau kita dengar dari orang lain. Namun, memang demikian lah adanya, kalau kita sudah sukses, kita berbicara filsafat kehidupan sukses itu harus ini dan itu, jaminan kebahagiaan ini dan itu dengan cara ini dan itu. Itu saat kondisi kita sudah sukses, sudah mapan, sudah nyaman, tetapi, pernahkah kita berpikir orang yang mendengar kalimat golden ways atau nasihat hidup dari kita, kiat sukses dari kita, hanya di-iya-kan saja, hanya dishare saja, hanya di like saja, atau tak terasa alias hambar. Inilah penyimpangan antara kenyataan hidup dan teori ideal hidup. Banyak motivator berbicara dalam konsepnya tentang teori idealnya hidup, bukan bagaimana menghadapi kenyataan hidup.

Ini hanya selentingan pembuka saja dalam artikel ini. Dalam kehidupan kita sehari-hari, tentu ada atau kebanyakan dari kita menerima undangan untuk hadir dalam acara tertentu. Sifat dari undangannya pun beragam, ada yang wajib, sekedar formalitas, boleh tidak datang atau sifat yang lain. Perlu kita sadari bahwa seseorang yang mengundang kita untuk hadir dalam acaranya adalah bentuk kepeduliannya kepada kita, bentuk pertemanan, pertetanggaan, perkariban, atau per-per yang lainnya kepada kita. Oleh sebab itulah, seyogyanya kita hadir dalam acaranya. Lantas, kenapa kita sebaiknya hadir dalam undangannya ?

Nah, undangan itu bermakna mengajak ikut serta dengan hormat sehingga kita yang datang memenuhi undangan tersebut merupakan bentuk ucapan terima kasih, penghargaan, menyenangkan, dan membahagiakan orang yang mengundang.

Meskipun ada dari kita yang memiliki alasan khusus untuk menolak undangan secara halus, misalnya dengan berkata "mungkin", "insya Allah", "saya usahakan", dan kalimat yang lainnya. Ini adalah bentuk yang halus, namun saat ini cenderung bermakna bahwa orang yang berkata demikian merupakan bentuk pasti ketidakhadirannya memenuhi suatu undangan.

Lalu, hal apa yang seharusnya dilakukan agar kalimat penolakan halus kita terhadap suatu undangan terbungkus rapi dan beradab ?

Nah, salah satu cara dalam beradab menolak undangan adalah dengan memebrikan ucapan selamat, terima kasih, dan memberikan do'a terhadap acara pengundang kita, atau bisa juga memberikan sebuah kado ucapan selamat dan yang lainnya. Dengan demikian, penolakan kita terhadap suatu undangan dapat terpoles sangat halus dan beradab serta tetap menyenangkan hati si pemberi undangan.

Salam harmoni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline