[caption id="attachment_365945" align="aligncenter" width="600" caption="Sapi perah (KOMPAS.com/Heru Sri Kumoro)"][/caption]
Sapi merupakan hewan ternak paling penting di dunia. Selain mampu menyediakan sekitar 55 persen kebutuhan daging dunia, sapi juga mampu memenuhi sekitar 85 persen kebutuhan kulit dunia. Dan yang utama, sapi juga sampai saat ini mampu menjadi hewan satu - satunya memenuhi sekitar 95 persen kebutuhan susu dunia.
Kebutuhan susu hingga saat ini terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah permintaan susu nasional setiap tahunnya. Mengulas mengenai kebutuhan susu nasional, sudah tentu sangat terkait dengan jumlah populasi ternak sapi perah di Indonesia. Hasil penelitian Nursiyono (2013) menyebutkan bahwa jumlah sapi perah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi susu. Hal ini berarti, ketika populasi ternak sapi perah dinaikkan, maka secara positif akan menambah produksi susu untuk stok memenuhi kebutuhan nasional. Oleh karena itu, kondisi populasi ternak sapi perah hendaknya sudah keharusan menjadi perhatian pemerintah dan seluruh masyarakat.
Data hasil Sensus Pertanian (ST) tahun 2013 yang telah dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, bahwa jumlah rumah tangga peternak sapi perah di Indonesia mengalami penurunan sebanyak 5.626.614 rumah tangga atau turun sekitar 30,26 persen dari kondisi rumah tangga peternak sapi perah hasil ST tahun 2003. Sementara itu, jumlah perusahaan peternakan yang berbadan hukum mencapai 629 unit dan tumbuh sebesar 32,42 persen dari kondisi tahun 2003.
[caption id="attachment_365926" align="aligncenter" width="508" caption="Populasi dan Laju Pertumbuhan Sapi Perah Indonesia (diolah dari data dirjen Peternakan), sumber : Dok.pri"]
[/caption]
Data dari dirjen Peternakan juga menunjukkan bahwa populasi sapi perah nasional mulai dari tahun 2000 hingga 2013 (angka sementara) terus meningkat, meskipun pada rentang tahun 2000 hingga 2007 terlihat stagnan pada angka 300 juta ekor. Dilihat dari laju pertumbuhan populasinya, secara nyata mengalami kembang kempis akibat kondisi ekonomi yang berbeda - beda setiap tahunnya. Pertumbuhan populasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 ke 2009 dan 2010 ke 2011, masing - masing sebesar 22,46 persen dan 22,34 persen. Peningkatan populasi sapi perah sangat dimungkinkan karena peternak sapi perah berjumlah banyak pada rentang tahun tersebut. Atau bisa juga karena semangat beternak sapi perah giat kembali, belum lagi kemungkinan populasi sapi perah bertambah akibat gencarnya impor sapi saat itu. Meskipun demikian, inti masalahnya adalah laju pertumbuhan populasi sapi perah nasional masih lambat. Hal inilah yang hingga kini menjadikan produksi susu secara agregat juga melambat. Malah, ketika pada tahun 2013 kemarin memakai angka populasi hasil ST, didapatkan bahwa laju pertumbuhan dari tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan hingga mencapai 28,43 persen. Kondisi ini bisa jadi menjadi deteksi melumpuhnya semangat rumah tangga peternak untuk mengusahakan kembali ternak sapinya dan akhirnya jumlahnya kedepan akan terus berkurang.
Bila dikaji lebih lanjut, sebab utama penurunan populasi sapi perah yang terjadi di Indonesia adalah pergeseran profesi peternak sapi perah atau pergeseran ternak yang diusahakan. Pergeseran profesi peternak tersebut bisa jadi bersifat sementara atau sudah beralih secara permanen. Mungkin ditinjau dari segi pendapatan, terdapat sebagian peternak yang usaha sapi perahnya berhasil, kemudian seluruh sapi perahnya dijual untuk mendirikan usaha semisal tokoh atau tetap beternak hanya saja ternak yang diusahakan lain. Hal tersebut bukan tidak mungkin akan terjadi, sebab berdasarkan data dirjen Peternakan mulai tahun 2001 hingga 2012, didapatkan hasil uji korelasi sebagai berikut :
[caption id="attachment_365927" align="aligncenter" width="205" caption="Tabel Korelasi Populasi Sapi Perah dengan Ternak Lainnya, sumber : Dok.pri"]
[/caption]
Terlihat bahwa korelasi (arah hubungan) antara populasi sapi perah dan populasi kerbau dalam rentang waktu 12 tahun memperlihatkan hubungan yang negatif sebesar 0,94. Artinya, ketika populasi sapi perah terjadi penurunan, terdeteksi populasi kerbau mengalami peningkatan. Secara relatif kemungkinan besar telah terjadi pergeseran ternak yang diusahakan oleh rumah tangga peternak, atau bisa juga terjadi penambahan oleh adanya impor ternak baik karena tekanan kebutuhan maupun secara ad hoc. Hal yang sama juga terjadi hubungan yang negatif antara populasi sapi perah dengan populasi Ayam Buras, meskipun kecil yakni sebesar 0,03.
Mengingat kebutuhan susu nasional yang terus meingkat, apalagi variasi produk berbahan susu yang semakin besar, tentunya populasi ternak sapi perah juga perlu mendapatkan perhatian. Dengan populasi sapi perah yang terjaga dan terus bertambah maka produksi susu untuk stok permintaan susu nasional akan dapat terpenuhi dengan baik. Indonesia sebenarnya bisa kok berswasembada susu, apalagi bukankah itu yang menjadi target Indonesia di tahun 2014 ?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H