SOLO - Dalam rangkaian acara memperingati Hari Teater Dunia, Sala Hatedu mengadakan diskusi dengan tema: Rasan-rasan Musik Teater di Folith Coffee, Danukusuman, Surakarta.
Acara semalam (8/3) dimulai jam 8 malam sampai sekira jam 11 malam. Dalam diskusi tersebut menghadirkan beberapa tokoh seniman teater seperti Retno Sayekti Lawu (Sutradara), Rudiyaso Febriadhi (Aktor), dan Dith Pradana (Kreator Musik). Turut serta pula beberapa konseptor dan kreator musik dari berbagai kelompok teater di Surakarta.
Tujuan diadakan kegiatan ini tentunya sebagai pengenalan tentang Sala Hatedu kepada masyarakat luas. Selain itu juga sebagai bentuk kesadaran beberapa penikmat teater tentang seberapa pentingnya musik teater dalam menunjuang kualitas nilai pertunjukan. Musik yang bukan berdiri sendiri, tapi bisa menjadi kesatuan yang utuh untuk terciptanya karya yang menarik.
Di awal diskusi, pemateri banyak membicarakan tentang prinsip mendasar musik teater. Tentang peran dan bentuk musik yang sesuai dalam pertunjukan teater. "Musik itu ya bunyi ya sunyi." kata Lawu.
Selain itu, Dith Pradana juga menambahkan bahwa aktivitas musik itu tidak akan bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya tentang pertunjukan teater.
Mengenai tempo, intonasi, volume, melodi, dan frekuensi suara yang semua terlibat dalam proses perjalanan manusia itu sendiri. Namun, sayangnya kita banyak yang tidak peka dan mendalami tentang anugerah indera pendengaran untuk memahami audio di sekitar kita.
"Memang ada beberapa aktor yang mereka bisanya mengangkat emosi ketika bermain teater harus diiringi musik". Jelas Rudy. Menjelaskan kembali bahwa sebenarnya musik sangat membantu kualitas pertunjukan teater.
"Dulu, saya sempat mempunyai gagasan tentang pertunjukan teater tanpa musik. Kemudian saya menonton pentas Teater Ruang yang hanya menampilkan aktor tanpa musik. Namun, persepsi saya tentang musik batal ketika diterangkan bahwa aktor berdialog, aktor berjalan, aktor terjatuh juga bagian dari musik itu sendiri. Sehingga aktor yang menciptakan musik tanpa kita sadari." lanjutnya.
Konseptor musik dalam teater profesional atau production house lebih mempunyai banyak peran dalam menentukan bentuk pertunjukan. Namun di wilayah Surakarta dan sekitarnya, prinsip otoriter sutradara yang memegang kendali seluruh pertujukan masih membelenggu.
Hal ini juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti; kurangnya konseptor musik dalam kelompok teater tersebut, tidak ada keselarasan jenis musik antara sutradara dan konseptor musik, hingga sikap ketidakpercayaan diri atau kemalasan untuk menjadi konseptor musik yang disegani.
Di sela panjang lebar membahas tentang isu musik dalam teater, diskusi malam itu juga terdapat forum untuk saling bertukar pengalaman dan wawasan seputar musik di kelompok teater masing-masing. Mengupas tentang manajerial musik dalam proses teater hingga teknis menciptakan gagasan membuat musik teater.