Lihat ke Halaman Asli

Opini Tentang Pilkada DKI di Kompasiana Semakin Ora Mutu

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bro en Sist yang baek
Judul yang ane berikan diatas bukan judul asal tulis atau bikin judul asal-asalan saja.
Ane menyampaikan fakta kongkrit.

Menurut ane dalam 5 bulan terakhir hingga detik-detik menjelang PILKADA DKI. Selain tulisan berupa reportase (standar/etika penulisan jurnalistik) terlihat semakin banyak tulisan berupa opini yang mengulas tentang FOKE-NARA vs JOKOWI-AHOK. Tidak maen-maen dalam sehari bisa 10 - 15 tulisan yang mengulas para kandidat gubernur DKI. Bahkan bisa lebih dari jumlah yang ane sebutken.

Opin-opini yang ditulis oleh para kompasianer tidak lebih dari sebuah opini asal tulis. Ada yang judulnya bombastis tapi isinya ternyata setali tiga wang dengan tulisan stensilan. Ada juga yang bikin judul seperti judul lagunya Betharia Sonata, Yuni Shara dan Rinto Harahap yang isinya pasti bisa ditebak mendayu-dayu, mengharubiru seperti kisah opera Cinderela yang kehilangan sepatu.

Ada juga yang beropini ala Rambo tapi ketika kontennya dicermati healaahhhhhh tidak lebih dari sebuah jualan ikan bosok atau ayam tiren di pasar-pasar yang becek.

Lebih edan lagi ada malah yang menuliskan opininya seakan-akan dia sebagai orang yang sangat dekat dengan kandidat-kandidat tersebut. Eh, setelah dibaca rupanya (ternyata) isinya bersumber dari comot sana-sini alias copas sana-sini.

Ane juga heran. Apa sih sesunmgguhnya ekspektasi para opinioner-opinioner (asal kata opini kompasianer) terhadap kandidat Gub/Wagub DKI ? Padahal sebagian besar penulis-penulis (opinioner) adalah bukan penduduk DKI.

So ? Darimana mereka tahu soal DKI ? Dari media cetak dan media siar (Tv,Radio, Internet). Hayyyyyyaaaaaa kalau enggak salah penduduk Kompasiana sebagian besar adalah warga DKI (jabodetabek) lho ? Dalam pantauan ane nyaris enggak ada yang mau menulis ngawur alias sok tahu soal DKI jelang Pilkada.

Lah, koq warga luar DKI/Jabodetabek bisa nulis alias beropini tentang Jakarta/Pilkada DKI? Ja ja jaaaaa intinya ya kejar tayang dalam menulis. Kalau begini kisahnya bisa-bisa ane tertawa sampe over dosis. Gara-gara opini-opini sekenanya.

Ja ja ja jaaaaaa. Nasibnya Kompasiana semakin bertambah hari semakin sering dijadikan sebagai ajang pelampiasan menulis ala penjual ikan di kantor pegadaian.

Jujur saja tulisan-tulisan (reportase/khususnya opini) di masa-masa Kompasiana 2 tahun yang lalu jauh lebih bermutu dibandingkan dengan tulisan-tulisan yang sering ditayangkan sekarang.

Opini yang ane tuliskan diatas pasti ORA MUTU juga

Salam Ora Mutu buat OPINIONERS sejagad Kompasiana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline