Ini adalah tulisan ke-3 saya hari ini, 21 Desember 2010, di rubrik olahraga. Dan ke-3 tulisan saya ini bernada sama, yaitu menilai Nurdin Halid dkk. gagal total dalam memimpin PSSI dan sebaiknya mundur saja di pemilihan ketua PSSI yang baru di tahun 2011 nanti.
Sindiran saya di artikel ini karena politisasi yang dilakukan Nurdin terhadap timnas yang menunjukkan performa yang baik dengan melaju ke final AFF 2010. Politisasi ditunjukkan dengan mengajak seluruh personil timnas, baik pemain maupun non-pemain ke kediaman Aburizal Bakrie (AB) di bilangan kawasan elit Menteng pasca memastikan lolos ke final AFF 2010.
Dari pemberitaan yang saya saksikan di media elektronik, ternyata AB ini salah satu pendukung dana PSSI/timnas. Tak heran juga sih mengingat adiknya AB menjabat sebagai waketum PSSI. Dan kemudian muncul berita juga bahwa AB menghibahkan tanah seluas 25 hektar untuk PSSI/timnas dan menjanjikan bonus jika mampu menjadi juara AFF 2010.
Huh...satu lagi perbuatan baik Bakrie di tengah keironisan yang ditunjukkan oleh perusahaan Bakrie, mulai dari penggelapan pajak hingga lumpur Lapindo. Kalau AB bisa menghibahkan tanah yang sebegitu luas untuk timnas, kenapa dia tidak bisa melakukan hal yang sama juga ke korban lumpur Lapindo? Tanya kenapa.
Politisasi ini sebenarnya sudah kental dengan menyimak beberapa personil di kubu PSSI/timnas. Pertama yaitu si Nurdin sendiri, tak ada keraguan bahwa ia orang Golkar. Kedua, Nirwan Bakrie yang menjabat sebagai waketum PSSI dan terakhir Andi Darusalam Tabusala yang dulunya adalah petinggi di perusahaan Minarak lapindo.
Wah repotnya kalau segala sesuatunya mesti dipolitisasi begini. Satu kata buat Nurdin dkk.: MUNDUR!
Salam anti-Nurdin.
P. S.: Apakah pemain timnas mau mengembalikan/menolak uang bonus yang diberikan oleh Aburizal Bakrie?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H