Lihat ke Halaman Asli

Mari Bicara Tentang BBM (3)

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1291973544992411994

Dasar finansial/ekonomi yang menjadi alasan pemerintah dalam mewacanakan peralihan BBM bersubsidi ke BBM non-subsidi jika dilihat lebih jauh lagi, maka disebabkan oleh konsumsi BBM bersubsidi yang tinggi dan dirasa tidak tepat sasaran juga. Berdasarkan pantauan pemerintah, maka ada orang-orang yang mampu juga turut merasakan BBM bersubsidi.

 

Jumlah konsumsi BBM yang tinggi pasti tak lepas dari yang namanya jumlah pemakai kendaraan bermotor, baik yang beroda 2, 4 atau lebih. Dan bicara kendaraan bermotor, maka jumlah kendaraan bermotor di beberapa ibukota daerah nampaknya sudah tidak sebanding dengan total panjang jalan yang ada di beberapa daerah ibukota tersebut. Terlihat dengan kemacetan yang terjadi di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Semarang.

 

Di gambar yang saya sertakan, dapat terlihat bahwa dengan simulasi 80 orang, maka jumlah jalan yang dihabiskan jika masing-masing membawa mobil, motor dan ikut dalam 1 bus umum terlihat dengan jelas perbedaannya. Kemacetan yang menjadi kebencian mendalam bagi beberapa orang akan terselesaikan. Dan pastinya juga, kebutuhan akan BBM bagi 80 kendaraan menjadi 1 bus umum juga akan menjadi solusi yang indah bagi permasalahan kelangkaan BBM dan isu subsidi yang tidak tepat sasaran.

 

Terlihat dengan jelas, bahwa dengan memperbaiki angkutan publik, maka minimum 3 masalah akan terselesaikan, yaitu masalah kemacetan, masalah kekurangan/kelangkaan BBM, dan masalah polusi/pencemaran udara. Apakah solusi ini tidak menimbulkan masalah lain? Jelas ada. Yaitu industri otomotif nasional yang dikuasai Jepang pasti akan mengalami dampak negatif (gosip tanpa data soal industri otomotif Jepang di Indonesia ini pernah saya singgung di artikel saya yang lain ;)).

 

Dari sini saja terlihat bahwa masih banyak pilihan yang bisa ditempuh pemerintah dalam menghadapi pemasalahan BBM ini. Dan beberapa solusi pasti ada yang bisa menyelesaikan permasalahan yang lain (sekali dayung, 2-3 pulau terlampaui). Sekarang sejauh mana pemerintah bisa “bermain cantik” dalam permasalahan BBM ini atau main “to the point” aja gak mau berlelah-lelah memikirkan alternatif-alternatif lain. Mari kita saksikan.

 

Salam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline