Lihat ke Halaman Asli

IMB Cerminan Pemilu Indonesia?

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ajang Indonesia Mencari Bakat (IMB) musim pertama sudah menemukan juaranya. Seperti yang kita ketahui, maka grup Klantink dari Jawa Timur yang menjadi pemenang, dan kita semua juga pasti tahu bahwa Klantink berangkat dari pemusik/seniman jalanan di daerah Surabaya sana.

 

Sebelum saya menuliskan lebih jauh artikel ini, maka saya perlu jelaskan lebih dahulu “posisi” saya dalam menyaksikan dan menikmati acara IMB yang disuguhkan. Jujur saya menilai Putri Ayu lebih baik secara teknis (baca: suara) dibandingkan Klantink. Apakah karena saya satu suku dengan Putri Ayu? Jujur tidak, itu murni muncul dari penilaian saya dalam menyimak partai final yang disajikan selama kurang lebih 2 minggu. Bukti kenetralan saya lainnya adalah karena saya tidak pernah mengirimkan 1 SMS ke peserta mana pun selama ajang IMB musim pertama ini berlangsung. Dan kalau boleh jujur lagi, maka saya lebih melihat Hudson sebagai sosok yang menarik, unik, dan layak jadi pemenang IMB kemarin. Hudson dan Putri Ayu sama-sama bernyanyi. Memang jarang yang bisa bernyanyi seriosa, tetapi lebih jarang dan unik lagi bakat yang dimiliki Hudson. Mampu memiliki 2 warna suara yang berbeda secara bersamaan dalam bernyanyi, dan dari segi tampilan juga sangat bagus dan menarik.

 

Itu posisi saya, tapi kalau ada yang tidak setuju dengan ulasan saya di bawah, maka saya terima dengan lapang dada dan senyum manis menerima perbedaan :). Bagi saya Klantink memang akan juara, karena pertama, dari sisi jumlah penduduk, daerah Sumatera Utara sangat kalah dibandingkan dengan jumlah penduduk Jawa Timur, belum lagi ditambah dengan perbedaan-perbedaan lainnya. Alasan kedua, yang saya mau fokus di dalamnya, adalah karena faktor “kasihan” yang berhubungan dengan latar belakang Klantink.

 

Dalam 2 minggu partai final, entah kenapa, bagi saya Trans TV mengeksposnya dengan sangat jelas dibandingkan dengan latar belakang Putri Ayu yang secara ekonomi tergolong lebih baik dibandingkan dengan Klantink. Memang, ini bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi siapa pun yang menyaksikan, bicara mengenai perjuangan tanpa lelah, perjuangan panjang, semangat kerja keras, semangat pantang menyerah, dalam meraih keberhasilan/kesuksesan.

 

Tapi sekali lagi, ini ajang mencari bakat, ajang dimana bakatlah yang dilihat, yang terutama, yang menjadi fokus, bukan yang lain-lainnya. Tetapi yang namanya bangsa melankolis, yah jadilah, sisi tersebut diangkat dan akhirnya, seperti yang saya tebak. Hal ini juga pernah terjadi di ajang AFI musim yang pertama, dimana Ferry yang menjadi juara, padahal dalam pendapat saya pribadi, kualitas suaranya jauh sekali dari yang namanya bagus. Menurut saya, dia menang karena faktor “kasihan” karena bapaknya adalah, maaf kalau ada yang tersinggung, tukang becak.

 

Alhasil dari faktor “kasihan” itu bisa kita lihat, dia tak ada di mana-mana sekarang. Itu karena memang suara dia tidak bagus-bagus amat. Siapa yang mau pakai kalau suaranya tidak bagus? Yang ada, menurut saya, Ferry menjadi terbeban dengan gelar yang disematkan padanya, padahal kualitas suaranya tidak seiring dengan gelar yang diperolehnya. Kalau ditanya siapa yang patut disalahkan, maka dalam konteks saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa, tapi hati saya condong ke para pemilih/pendukung Ferry.

 

Saya tidak mengharapkan nasib Ferry dialami juga oleh Klantink, justru saya berharap Klantik bisa menjadi lebih baik lagi dan bisa menginspirasi banyak warga Indonesia sama seperti Susan Boyle dan Paul Potts. Tapi bagi saya itu butuh usaha lebih lagi dan kerja keras bagi Klantink mengingat kondisi teknis dan suara mereka, dan juga dari komentar-komentar para dewan juri di acara-acara terakhir kemarin. Belum lagi di tambah dengan persaingan ketat di ajang dunia hiburan, kalau Klantink tidak dapat memberikan perbaikan dalam penampilan mereka, maka akan sulit bagi mereka bisa bertahan lama di ajang dunia hiburan Indonesia.

 

Lalu apa hubungannya dengan pemilu? Hehehe…saya hanya mau katakan, jual lah cerita yang menggugah hati (baca: yang bikin nangis, terharu, dan sejenisnya), maka suara akan banyak diperoleh. Yup, karena warga Indonesia, secara mayoritas belum bisa berpikir, melihat, dan memutuskan dengan jernih. Saya tak bilang hati ditiadakan, dan hanya gunakan rasio 100%, tapi hendaknya kita semua belajar untuk bersikap objektif, sesuai dengan apa yang ingin dicapai/tuju.

 

Salam objektif.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline