Pada akhir Januari aku masih ingat di depan kompleks tiba-tiba penjagaan diperketat, dua tiga orang tambahan mengenakan tanda merah bertuliskan sukarelawan memeriksa identitas dan suhu badan semua orang yang masuk.
Walaupun Wuhan berjarak lebih dari 1000 km dari kota tinggal, namun suasana mencekam sangat terasa. Perusahaan, toko-toko, sekolah, dan transportasi sudah dibatasi dengan ketat. Semakin fobia melihat orang-orang bermasker N95 yang dianjurkan. Untung beberapa teman sempat mengirim bahan mentah dan makanan untuk kumasak beberapa minggu.
Selama masa hibernasi panjang dan isolasi diri tidak banyak kegiatan yang bisa kulakukan. Membaca buku mungkin kegiatan yang paling menyenangkan.
Novel Tjerita dari Blora karangan Pramoedya, Soul Mountain karangan Gao Xinjiang, Kumpulan Cerpen Kompas tahun 2018, Reflections from Yogya karya prof Masri Singarimbun adalah beberapa buku yang kubaca secara maraton.Juga sempat kutulis 7 cerpen di Kompasiana yang salah satunya berjudul Fobia, menceritakan perasaan waktu isolasi diri, perasaan selalu was-was dengan lingkungan sekitar, bahkan ketika mendengar orang di dekatku bersin.
Setiap hari mengamati statistik yang semakin mengkhawatirkan, dari ratusan menjadi ribuan, dari ribuan menjadi puluhan ribu, sampai akhirnya menurun sampai 80.000-an, dan seminggu yang lalu Wuhan tidak lagi memiliki pasien baru.
Kehidupan di Wuhan juga dikabarkan telah kembali menggeliat, termasuk dibukanya kembali jalur kereta api bawah tanah serta kereta cepat. Kabarnya pula awal bulan April kota yang menjadi awal pandemi ini sudah dibuka dari status lockdown dari pertengahan Januari. Beberapa kota juga sudah membuka transportasi, sekolah, pabrik, dan perusahaan.
Masyarakat sudah banyak terlihat naik kendaraan umum pergi bekerja, toko-toko mulai kembali buka, dan pada akhir pekan banyak orang pergi ke taman untuk melihat bunga sakura bermekaran.
Aturan cek suhu tubuh dan jaga jarak minimal 1 meter masih diberlakukan ketat oleh para aparat dan sukarelawan di berbagai tempat umum. Meskipun tawa tak terlihat karena tertutup masker, namun kegembiaraan dapat terlihat jelas dari gestur tubuh mereka.
Status 0 pasien yang dicapai selama beberapa hari bukan ujung dari cerita wabah. Kini ditemukan ratusan orang asing dan orang asli yang kembali ke Tiongkok positif covid-19. Tiongkok pun kembali membuat peraturan untuk membatasi orang asing yang masuk.
Mereka yang mendarat di kota-kota besar bisa dialihkan penerbangannya ke kota-kota kecil untuk mengkarantina orang-orang yang positif selama 14 hari.