Konfusianisme sebagai sistem filsafat sosial dan etika di Tiongkok telah tiba di Indonesia bersamaan dengan migrasi yang terjadi secara bertahap. Perjalanan Konfusianisme ke Indonesia dan transformasinya yang unik menjadi agama Konghucu yang dianut sebagian kecil masyarakat Indonesia menarik untuk dipahami.
Orang Tionghoa telah datang ke nusantara, melakukan kontak sosial dalam perdagangan rempah-rempah dengan Sriwijaya, sejak abad ke-7 atau sebelumnya. Saat itu Sriwijaya merupakan otoritas politik dan komersial di kepulauan Indonesia bagian barat hingga tengah dan mengendalikan semua penyeberangan laut ke pulau-pulau rempah dan Selat Malaka.
Namun bukti historis pemukiman permanen pertama di kota-kota di sepanjang pantai utara Jawa belum muncul sampai abad ke-13. Pada 1292 serbuan 20.000 pasukan ekspedisi Khubilai Khan ke kerajaan Singhasari untuk menghukum Kertanegara menemui kekalahan, dan sisa-sisa pasukan menetap secara permanen di Jawa.
Baca juga : Menelisik Agama Konghucu
Migrasi selanjutnya datang dari Kontak sosial provinsi Fujian dan pemukiman Tionghoa di pantai utara Jawa perlahan terlihat sejak 1411. Pada akhir abad ke-15, semakin banyak bukti pedagang maritim swasta yang beroperasi di Tiongkok Selatan sampai ke Asia Tenggara, termasuk ke kepulauan nusantara.
Orang-orang ini berasal dari Guangdong, Fujian, Guang Xi, dan Jiang Xi dan berbahasa Hakka, Kanton, serta Hokkien. Sebagian dari mereka menikah dengan penduduk asli, mempertahankan budaya mereka yang diwariskan secara turun termurun.
Jumlah imigran Tionghoa bertambah signifikan setelah 1860. Jan Hooyman dalam laporannya yang diterbitkan oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetengschappenat pada akhir abad ke-18 mengatakan bahwa sekitar 1.200-1.300 orang Tionghoa diangkut dalam kapal jung yang datang ke Batavia setiap tahun.
Baca juga : Pesona Agama Konghucu dengan Ciri Khas dan Prinsipnya
Ketekunan dan semangat orang-orang Tionghoa sangat penting bagi Belanda untuk bekerja di sektor pertanian. Proses migrasi terus terjadi, dan pemertahanan kebudayaan, termasuk Konfusianisme, meskipun menemui banyak kesulitan, pada akhirnya menemukan jalan terang.
Ajaran Konfusius atau Konfusianisme yang kemudian bertransformasi menjadi Konghucu di Indonesia merupakan kepercayaan, agama, dan bagian dari cara hidup tradisi Tiongkok yang diwariskan dari masa lampau.
Konfusianisme di Indonesia dapat ditelusuri kembali sejak abad ke-17, di mana di Pontianak terdapat bangunan tua sebagai tempat pemujaan bagi Konfusius. Bangunan ibadah untuk Konghucu di Indonesia sering disebut "Klenteng" atau "Bio" (kata Hokkien untuk miao atau kuil). Konfusianisme adalah agama monoteistik, yang meyakini keberadaan satu Tuhan.