Musibah dicerca, berprestasi tak dipuji, sakit tak ditengok. Ungkapan itu layak diterima para 'unsung heroes', pahlawan-pahlawan tak terlupa. Termasuk kementerian dan BUMN yang bekerja dalam senyap.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah salah satunya.
Masih belum lupa tentunya 'blackout' 4 Agustus 2019 silam. Keesokan harinya, hampir semua media cetak arus utama memasang gambar hitam dan suasana Ibukota nan gelap akibat pemadaman listrik itu. Caci-maki nyaris tak henti.
Pada masa listrik padam itu, sebenarnya Menteri ESDM dan Direksi PLN sempat menggelar jumpa pers, melakukan permintaan maaf serta menjelaskan latar masalah dan upaya penyelesaian. Tapi, siapa yang menonton penjelasan itu? Wong televisinya gak bisa nyala...
Yang viral kemudian justru adalah kedatangan Jokowi keesokan harinya ke Trunjoyo, Blok M, kanpus alias kantor pusat perusahaan setrum negara itu. Media ramai menyorot kemarahan Jokowi dan pidato Ibu Dirut yang dinilai terlalu njelimet. Kembali, PLN jadi pesakitan tanpa bisa memberikan pembelaan.
Sementara dalam kondisi sehari-hari. Menjaga beban daya yang begitu luar biasa dan nyaris tanpa cacat, tak ada satupun pujian teralamatkan di sana. Padahal, Dilan bilang, beban itu sangat berat. Hanya PLN yang mampu.
Sebagai informasi saja,konsumsi listrik di DKI Jakarta mencapai 32.779,2 Giga watt hour (Gwh) dengan 4,4 juta pelanggan.
Konsumsi listrik terbesar di Jakarta untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, yakni mencapai 13.199 Gwh atau 19,57% dari total konsumsi, dengan jumlah pelanggan lebih dari 4 juta atau sekitar 91,92%.
Jumlah pelanggan listrik di ibu kota negara tersebut hanya 9,9% dari total konsumen di Pulau Jawa atau sebesar 6,11% pelanggan nasional. Namun konsumsi listriknya mencapai 19,57% dari total pemakaian setrum di Pulau Jawa atau sebesar 13,97% konsumsi nasional.
Jadi, kala PLN alami musibah 'blackout' seperti tahun lalu, dipastikan ia jadi sansak kemarahan massa. Tapi, kalau semuanya baik-baik saja, nyaris tak ada kredit dialamatkan. Sejak Work From Home (WFH) diterapkan pemerintah pertengahan Maret lalu sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19, belum ada tuh kisah listrik padam yang mengakibatkan kemesraan kumpul keluarga di hari kerja jadi terganggu.
Tak banyak yang tahu, di tengah kerja kerasnya mengamankan pasokan listrik di masa #DiRumahAja, PLN sebenarnya menanggung sakit yang tak banyak orang boleh mengetahui. Ia seperti seorang pelari yang berusaha terus menginjak garis finish meski ada luka parah di telapak kakinya.