Lihat ke Halaman Asli

Joice Dwis

Dreamer

Cerita Cintaku #8

Diperbarui: 19 November 2020   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Masih kuingat perasaanku yang campur aduk, berpikir macam-macam takut Candra masih marah perihal Ninan dan juga aku yang cupu dan nervous karena aku membayangkan sosok Candra yang pendiam dan kaku. Huh perutku mulas. Kami janjian pukul 10.30an di salah satu fast food. Jujur, perasaanku tidak tenang. Akhirnya aku chat Dindut dan nge-spam keresahanku. Untungnya temanku ini sedang gabut. Ia bisa menemani dan menenangkanku.

"Aku dah sampe" notif dari Candra.

Hahh ?!! gila saja. First meet aku telat dan membuat Candra menunggu. Kupending chat dengan dindut dan bilang aku akan berangkat dan meminta doa darinya agar tidak terjadi apa-apa. Sebelum berangkat aku menulis 'Thankyou' di sepotong kertas dan membawa pita kecil. Aku memang ingin memberikannya coklat, tapi coklatnya belum beli hehe. Sampai disana aku tidak langsung menemui Candra. Jantungku berdegup tak karuan. Kakiku lemas. 

Aku memutuskan ke minimarket untuk membeli coklat sekaligus menenangkan diriku. Setelah membayar, kukeluarkan kertas dan pita, sekaligus kutempel disana. Mas kasir lalu menyeletuk "Ciee buat pacarnya ya mbak" aku hanya tersenyum.

Keluar dari sana, hanya beberapa langkah menuju fast food dan Candra sudah lama menunggu. Tetapi bodoamat, aku belum siap. Kukeluarkan hp, meminta pertolongan dindut untuk menenangkanku. Baiklah aku berjalan selangkah -- tarik nafas -- selangkah -- tarik nafas begitu hingga sampai didepan fast food. Ternyata belum ada konsumen lain, hanya Candra seorang diri. Kudekati dia dan ...

"Haiiii, maaf ya aku telat" sembari duduk dihadapannya.

"Gapapa santai, aku udah pesan duluan"

"Oh oke. Mau ngomong apa katanya penting?" ujarku tanpa basa-basi.

"Pesan dulu aja"

Setelah memesan, aku duduk kembali. Kupinggirkan hpku, kebiasaanku kalau sedang bertemu memang tidak ingin sok sibuk dengan hp. Kuamati Candra yang makan duluan. Hmm sesuai dugaan, hening. Aku membuat topik pembicaraan sebisaku, agar suasana tidak terlalu kaku. Sesekali aku tertawa dan memang aku banyak gerak karena nervous yang belum hilang. Sedangkan dia? tenang dan cool.

"Mau ngapain si Ndraa, kok mendadak"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline