Kasus terbaru tentang pegawai Kementerian Kominfo yang mengatur pemblokiran situs judi online, padahal ia tidak lolos seleksi, menguak fakta mengejutkan tentang lemahnya pengawasan dan potensi korupsi di lembaga negara. Ini bukan sekadar kasus individu, tetapi mencerminkan masalah sistemik yang jauh lebih besar.
Bagaimana bisa kemudian seseorang yang tidak kompeten diberikan wewenang sebesar itu? Apakah ini hanya kebohongan atau ada konspirasi yang lebih dalam? Pertanyaan-pertanyaan ini mengusik publik dan menuntut jawaban yang transparan dari pemerintah.
Kasus ini membuka mata kita tentang betapa mudahnya sistem pemerintahan kita ditembus oleh kepentingan pribadi. Ketika kepentingan bisnis dan politik bercampur aduk, maka yang menjadi korban adalah rakyat. Terhambatnya akses informasi, potensi pendapatan negara hilang, dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin meningkat.
Inilah saatnya untuk melakukan tindakan nyata:
Transparansi: Pemerintah harus membuka seluruh proses rekrutmen dan pengambilan keputusan di semua lembaga negara.
Akuntabilitas: Setiap pejabat negara harus bertanggung jawab atas tindakannya dan siap dihukum jika terbukti bersalah.
Penguatan pengawasan: Perlu adanya mekanisme pengawasan yang lebih ketat dan independen untuk mencegah terjadinya korupsi dan penyimpangan lainnya.
Reformasi birokrasi: Pemerintah harus terus melakukan reformasi birokrasi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan melayani.
Kita tidak boleh tinggal diam. Kasus ini harus menjadi momentum bagi kita semua untuk mengawali proses reformasi dan menuntut pemerintah untuk bertindak tegas. Rakyat berhak mendapatkan pemerintahan yang bersih dan melayani. (kritikusmuda)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H